Menjelang pergantian pemerintahan pada 20 Oktober 2024, para menteri di Kabinet Indonesia Maju (KIM) sibuk untuk segera menuntaskan sejumlah program yang belum rampung. Termasuk perjanjian dagang dengan luar negeri.
Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan mendorong perundingan perjanjian perdagangan Indonesia dan Uni Eropa, atau Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) disa diselesaikan pada September 2024. “Mudah-mudahan September ini, bisa kita selesaikan,” ujar mendag Zulhas, sapaan akrabnya di Jakarta, Kamis (29/8/2024).
Perjanjian IEU-CEPA, kata Mendag Zulhas, mampu menyelesaikan berbagai hambatan perdagangan antara Indonesia dan Uni Eropa. Untuk mencapai kata sepakat dengan Uni Eropa, memang tidak mudah. Perundingan IEU-CEPA sudah berlangsung selama 9 tahun.
“Banyak manfaat yang bisa diperoleh saat perjanjian dagang dengan Uni Eropa sudah terjalin. Misalnya, produk-produk asal Indonesia yang diekspor ke Uni Eropa, bisa bebas bea masuk (BM),” ungkapnya.
Mendag Zulhas mencontohkan, selama ini, produk sepatu asal Indonesia yang diekspor ke Uni Eropa dikenakan Bea Masuk sebesar 5-6 persen karena tidak memiliki perjanjian dagang.
“Contoh manfaatnya, misalnya Vietnam kirim sepatu ke Uni Eropa, nol pajak/bea masuknya, dari Indonesia 5-6 persen, kalah kita. Apalagi banyak hal yang dipersulit, mudah-mudahan bulan depan selesai,” kata Ketua Umum (Ketum) PAN ini.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Bidang Perdagangan Internasional Kemendag Bara Krishna Hasibuan mengatakan bahwa Uni Eropa adalah mitra dagang yang penting bagi Indonesia karena pasarnya sangat besar, begitu juga sebaliknya.
Oleh karena itu, baik Indonesia maupun Uni Eropa telah berkomitmen untuk menyelesaikan perundingan dalam waktu dekat.
Bara juga menyebut perjanjian dagang antara Indonesia dan Uni Eropa akan membawa banyak manfaat, tidak hanya dari segi bebas pajak/Bea Masuk saja, tetapi juga penyelesaian masalah lainnya, seperti peraturan deforestasi Uni Eropa (EUDR) dan carbon border adjustment mechanism (CBAM).
“UE adalah a vital trading partner, partner perdagangan yang sangat vital dan pasar yang cukup besar, sehingga nanti kalau CEPA ini selesai, maka itu menjadi foundation dari hubungan dagang antara Indonesia dengan UE sehingga masalah EUDR, soal CBAM tidak menjadi gangguan,” ujar Bara.