Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI membantah kalau pihaknya kerap melakukan framing negatif atau citra yang buruk terhadap pendidikan kedokteran, sebagaimana yang disampaikan oleh sejumlah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI).
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Aji Muhawarman menegaskan, pihaknya tidak pernah bermaksud menimbulkan kesan negatif terhadap profesi dokter atau tenaga kesehatan.
“Kemenkes tidak pernah bermaksud menimbulkan kesan negatif terhadap profesi dokter maupun tenaga kesehatan lainnya,” kata Aji dalam keterangannya kepada Inilah.com, Sabtu (17/5/2025).
Aji berpendapat seluruh penjelasan yang disampaikan Kemenkes selama ini bertujuan untuk mengungkapkan fakta di lapangan, khususnya terkait proses pendidikan dokter spesialis, demi melindungi peserta didik dari praktik perundungan/kekerasan yang tidak sejalan dengan semangat profesionalisme.
“Seluruh langkah yang diambil Kemenkes merupakan bagian dari upaya mengatasi tantangan mendasar dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, mulai dari akses, kualitas layanan, hingga pemerataan sumber daya manusia kesehatan yang masih perlu ditingkatkan,” papar Aji.
Sebelumnya, sejumlah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menyebut Kementerian Kesehatan terlalu sering melakukan framing negatif atau citra yang buruk terhadap pendidikan kedokteran.
Hal itu dinilai berdampak terhadap penurunan kepercayaan masyarakat pada dokter dalam negeri.
“Framing yang selalu dibuat terkait bullying, misalnya berita tiga tahun lalu, diangkat lagi. Belum lagi sebutan PPDS yang terkesan hanya bisa untuk orang kaya saja, padahal kami semua di sini yang duduk di depan, dengan latar belakang pekerjaan orang tua macam-macam, tidak ada yang dari profesor, anak dokter,” ucap Dekan FKUI Prof Ari Fahrial Syam, di Kampus UI Salemba, Jakarta, Jumat kemarin.
Ari menegaskan, mahasiswa kedokteran dengan latar belakang dari keluarga dokter pula, terutama di lingkungan UI hanya segelintir saja. Bahkan, jumlahnya tidak sampai 10 persen.
Karena itu, dia heran kalau saat ini muncul sentimen bila ada anak dokter yang ingin melanjutkan karir seperti orangtuanya. Sebab, menurutnya, tidak ada perlakuan khusus dan istimewa yang diberikan selama program pendidikan berlangsung.
“Jadi intinya pernyataan yang sama diulang terus, mohon maaf, seperti kaset berputar saja,” ujarnya.