Sekretaris DPW PPP DKI, Tirta Lunggana merasa tersinggung. Ia menilai keputusan pergantian struktur organisasi tidak adil, tanpa ada komunikasi dari pihak DPP PPP.
Tirta menjelaskan, selain dirinya terdapat pula beberapa kader senior lainnya, yang disebutnya dari kalangan alim ulama, turut diganti secara sewenang-wenang oleh DPW.
Putra dari mendiang politikus senior PPP H. Lulung ini, memutuskan untuk menggantung Kartu Tanda Anggota (KTA),alias hengkang dari partai berlambang Ka’bah.
“Jadi saya sampaikan bahwa kemarin, setelah surat keputusan (SK) itu keluar, jadi kami yang ada di dalam SK itu, saya sampaikan nih. Nggak apa-apa kali, ya? Saya itu sudah mengundurkan diri menjadi pengurus. Seperti itu,” ucap Tirta kepada wartawan di NasDem Tower, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (29/1/2023).
Ia menduga pencopotan dirinya sebagai Ketua DPW PPP DKI, karena dukungan terhadap calon presiden (capres) Partai NasDem, Anies Baswedan.
“Jadi kalau terkait pergantian, itu DPP yang mengganti. Apa terkait saya dukung Anies atau tidak, itu tergantung DPP sebenarnya. Karena SK kan yang bisa ‘nyorat-nyoret’ itu DPP PPP, bukan DPW,” ucapnya.
Ia menyebut SK yang diterbitkan secara sewenang-wenang oleh pihak DPP PPP tersebut, sangat menyakitkan hatinya dan para kader-kader lainnya.
“Itu ada pergantian dari Majelis Syariah, itu ada ulama, habib, itu diganti dan tidak ada komunikasi. Jadi menurut saya sebagai hinaan. Sebagai hinaan bahwa ulama ini yang akan membantu PPP, yang akan memenangkan di DKI Jakarta,” tandas Tirta
Diberitakan sebelumnya, Tirta baru saja dicopot dari jabatannya sebagai Ketua DPW PPP DKI Jakarta melalui SK Nomor 0790/SK/DPP/W/I/2023 tentang Pengesahan Perubahan Susunan Kepengurusan Dewan Pimpinan Wilayah Partai Persatuan Pembangunan Provinsi DKI Jakarta Masa Bakti 2021-2026.
Dalam SK terbaru, terdapat susunan, antara lain, Ketua DPW PPP DKI Jakarta Syaiful Rahmat, Sekretaris Guruh Tirta Lunggana, Wakil Sekretaris Junaedi, Wakil Sekretaris Hermansyah, Bendahara Mujahid Samal, Wakil Bendahara Mulyadi, dan Wakil Bendahara Sumartini.
Beri Komentar (menggunakan Facebook)