Market

Diganduli Pelemahan Rupiah, IHSG Akhir 2022 Bisa Bertengger di 7.500

Dalam jangka pendek, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditengarai masih tertekan negatif seiring pelemahan nilai tukar rupiah ke 15.500-an per dolar AS. Namun, hingga akhir tahun, indeks diproyeksikan kembali menguat ke 7.500 bahkan 8.300 di 2023.

Pada perdagangan Senin (17/10/2022), IHSG berakhir menguat 16 poin (0,24%) ke posisi 6.831,115 dari posisi sebelumnya 6.814,530. Sepanjang perdagangan, indeks mencapai intraday tertingginya di 6.836,975 atau menguat 22,445 poin dan terendahnya di 6.747,380 atau melemah 67,150 poin.

“Itu biasanya kalau rupiah melemah, umumnya sih pasar juga ikutan lemah. Kita lihatnya simple saja. Kita lihat saja rupiahnya bisa sampai berapa pelemahannya. Apakah rupiah akan stabil lalu menguat lagi? Apakah tidak begitu karena strukturnya ini sudah melemah,” kata Suria Dharma, Pengamat Pasar Modal dari PT Samuel Sekuritas Indonesia kepada Inilah.com di Jakarta, Senin (17/10/2022).

Target IHSG 7.500 di Akhir 2022 dan 8.300 di 2023

Meski begitu, Suria optimistis menargetkan IHSG di akhir 2022 dapat bertengger di 7.500 dan 8.300 di 2023. “Jadi sebenarnya kita masih percaya indeks akan naik,” ungkap dia.

Hanya saja, ia menggarisbawahi, dalam jangka pendek, IHSG berpeluang tertekan. Sebab, indeks mendapat sentimen negatif dari eksternal, yakni Bank Sentral AS, The Fed yang kembali berencana menaikkan suku bunga acuan pada November. “Begitu juga dengan 2023 karena ada kebijakan strategis dari The Fed,” ucapnya.

Lebih jauh Suria melihat inflasi AS September 2022 di level 8,2 persen, berada di atas di atas ekspektasi. “Itu kan kecenderungannya membuat The Fed lebih agresif. Ya makanya kenapa marketnya jadi bereaksi negatif,” ujarnya.

Ia menjelaskan, lebih agresif itu dalam arti kenaikan suku bunga The Fed yang tadinya November bisa naik 75 basis poin diperkiraan naik 50 basis poin dan mungkin jangan-jangan nanti Desember naik 75 basis poin. “Jadi, begitu ibaratnya,” tuturnya.

Selain itu, sambung dia, pelaku pasar juga menunggu Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pertengahan pekan ini terkait keputusan suku bunga acuan. “Kalau nanti November suku bunga The Fed bakal naik, nah BI reaksinya bagaimana? Harusnya kan naik ya, cuma naiknya berapa? 25 basis poin, 50 basis poin atau berapa,” papar dia.

Menurutnya, kalau pasar menganggap kenaikan suku bunga BI terlalu rendah, tidak akan berpengaruh positif pada rupiah. “Kan menaikkan suku bunga itu intinya untuk menguatkan rupiah saat mengkonversi dolar AS ke rupiah. Itu yang harus diperhatikan,” papar Suria.

Arah IHSG Sepekan ke Depan

Dalam sepekan ke depan, Suria memperkirakan, support IHSG berada di 6.500 dan resistance di 7.000. “IHSG harus konsolidasi terlebih dahulu karena tren saat ini masih turun. Tapi, kalau kisaran untuk waktu dekat-dekat ini kurang lebih sih segitu,” ungkap dia.

Neraca perdagangan menunjukkan angka yang positif. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, angkanya surplus 4,99 miliar dolar AS pada September 2022. “Kalau bagus, umunya kan rupiahnya menguat,” timpal dia.

Akan tetapi, belakangan ini rupiah melemah meski neraca perdagagan surplus untuk 29 bulan berturut-turut. Pada saat yang sama, cadangan devisa menunjukkan penurunan. “Jadi, orang-orang kan bertanya, apakah ini intervensi atau bagaimana. Jadi, itu yang membuat kenapa sekarang rupiahnya melemah,” tukasnya.

Saham-Saham Pilihan

Untuk pilihan, Suria tak melihat banyak saham yang bergerak lantaran tekanan negatif yang terjadi di pasar secara keseluruhan, terutama saham-saham big caps yang mengalami tekanan jual. “Hal ini terlihat dari net sell investor asing walaupun enggak besar, setiap hari bisa Rp400 miliar hingga Rp500 miliar,” ujarnya.

Jika investor asing tidak masuk, saham-saham big caps biasanya mengalami tekanan jual. Karena itu, kalau saham-saham big caps tidak naik, IHSG pun umumnya tidak akan bergerak ke mana-mana. “Baru saham BBCA (PT Bank Central Asia Tbk) dan BBRI (PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk) yang hari ini mulai positif,” papar Suria.

Dalam sepekan ke depan, harga rata-rata saham cenderung melemah. “Ya kita tunggu hasil rapat dari BI itu saja nanti Kamis ya. Kalau naiknya sudah pasti, ya orang pasti akan berpencar lagi untuk pilah-pilah saham,” imbuhnya.

Disclaimer: Pelajari dengan teliti sebelum membeli atau menjual saham. Inilah.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button