Market

Diresmikan Jokowi Pada 2017, Sritex Kini Utangnya Rp20 Tiliun Terancam Bangkrut

Ingat PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) yang populer disebut Sritex? Ya betul, perusahaan tekstil yang pernah disangkutkan dengan kasus korupsi Bansos dan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka itu, kini terseok-seok.

Perusahaan yang dikenal dekat dengan Keluarga Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini, tengah dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Dari proposal restrukturisasi yang diajukan Perseroan kepada para kreditur, diketahui utangnya menggunung hampir Rp20 triliun.

Mungkin anda suka

Terkait kondisi tersebut, Bursa Efek Indonesia (BEI) meminta penjelasan manajemen Sritex soal rencana perusahaan untuk perbaikan kondisi, serta pemenuhan kewajiban kepada bursa.

Corporate Secretary Sritex, Welly Salam, dalam surat kepada BEI dikutip, Sabtu (27/11/2021) menyatakan janji memenuhi semua kewajiban serta mengatasi dampak dari PKPU. “Perseroan akan memenuhi seluruh kewajiban dan konsekuensi dampak PKPU kepada Bursa Efek Indonesia sesuai peraturan yang berlaku,” kata Welly Salam, Corporate Secretary Sritex, dikutip dari kumparan.com.

Menurutnya, langkah itu dilakukan mulai kuartal IV tahun 2021 ini. Sedangkan pada setiap kuartal di 2022, lanjut Welly, Sritex akan terus melaksanakan keputusan hasil PKPU kepada para kreditur dan kewajiban pelaporan kepada BEI sesuai peraturan yang berlaku.

Welly menambahkan, akibat dampak pandemi COVID-19 yang berlanjut, pada kuartal II 2021 Sritex mengalami arus kas (cashflow) negatif. Hal ini berdampak pada kendala pembayaran kewajiban kepada kreditur. “Untuk mengatasi masalah tersebut, strategi Perseroan yakni dengan restrukturisasi pinjaman bank maupun lembaga keuangan lainnya,” ujarnya.

Perusahaan tekstil asal Solo ini dikenal dekat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan keluarga. Pada April 2017, Presiden Jokowi meresmikan perluasan parbik senilai Rp2,6 triliun.

Namun, Sritex menemui cerita pahit terkait program bantuan sosial (bansos). Perusahaan
yang dipimpin Iwan Setiawan Lukminto ini, tersangkut kasus korupsi dana bansos yang menyeret mantan menteri sosial Juliani Batubara.

Yang lebih tak mengenakkan lagi, perkara ini menyeret Gibran Rakabuming Raka yang sekarang menjadi Wali Kota Solo. Disebutkan bahwa Sritex mendapatkan proyek goodie bag Bansos, lantaran rekomendasi sang putera presiden itu.

“Tudingan yang beredar mengenai adanya rekomendasi dari Gibran Rakabuming Raka itu tidak benar,” kata Head of Corporate Communication Sritex, Joy Citra Dewi, pada 21 Desember 2020.

Berdasarkan salinan proposal restrukturisasi yang diajukan Sritex kepada kreditur, total utang perusahaan mencapai Rp19,96 triliun. Utang itu terbagi dalam denominasi rupiah, dolar AS, dan euro.

Krediturnya sendiri ada yang bersifat bilateral maupun sindikasi, dengan rincian utang sebagai berikut:
1. Utang bilateral rupiah: Rp 5,87 triliun
2. Utang bilateral dolar AS: USD 178,95 juta
3. Utang bilateral euro: 7,5 juta euro
4. Utang sindikasi dolar AS: USD 350,02 juta
5. Utang obligasi global: USD 375 juta

Adapun bank yang jadi kreditur Sritex terdiri dari bank nasional Indonesia, maupun bank asing atau terafiliasi asing. Daftar bank nasional yakni:
1. BPD Jateng
2. Bank DKI
3. Bank BJB
4. Bank BCA
5. Bank Muamalat Indonesia
Sedangkan bank asing/terafiliasi asing yang menjadi kreditur Sritex, yakni:
1. Bank of China, Jakarta Branch (Hong Kong)
2. Bank CTBC Indonesian (Taiwan)
3. Taipei Fubon Commercial Bank (Taiwan)
4. MUFG Bank, Jakarta Branch (Jepang)
5. Bank Mizuho Indonesia (Jepang)
6. Bank Danamon Indonesia (Jepang)
7. Citibank Jakarta (Amerika Serikat)
8. Bank DBS Indonesia (Singapura)
9. Bank HSBC Indonesia (Inggris)
10. Standard Chartered Indonesia (Inggris)
11. Bank Woori Saudara (Korsel)
12. Bank KEB Hana (Korsel)
13. Bank CIMB Niaga (Malaysia)
14. Bank Maybank Indonesia (Malaysia)
15. Permata Bank (Thailand)
16. Deutsche Bank AG, Jakarta Branch (Jerman)
17. Bank QNB Indonesia (Qatar)

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button