Hari-hari ini, beredar isu bahwa meminum air dari galon berbahan polikarbonat mengganggu infertilitas alias membuat mandul. Di balik isu ini, bisa jadi ada persaiangan tak sehat di bisnis air minum dalam kemasan (AMDK).
Selama ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tidak pernah melarang penggunaan galon berbahan polikarbonat, untuk mencegah potensi kerugian bagi pelaku usaha AMDK.
Sejak lama, Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef, Ahmad Heri Firdaus telah mengingatkan adanya persaiangan tak sehat di bisnis AMDK. Kampanye negatif melalui penyebaran isu bahkan iklan yang isinya mendiskreditkan produk dari perusahaan lain di industri sama.
Agar tidak meluas, kata Heri, pemerintah perlu turun tangan dan menindak tegas perusahaan yang terbukti melakukan pola-pola persaiangan tak sehat. “Itu yang menyebabkan kasus-kasus persaingan usaha tidak sehat di industri air minum dalam kemasan (AMDK) terus terjadi. Kampanye-kampanye negatif, terus dihembuskan,” kata Heri, Jakarta, dikutip Jumat (13/9/2024).
Heri bilang, kampanye negatif terus terjadi karena ada ruang atau kesempatan untuk mereka bermain secara tidak sehat. Padahal, ahli-ahli pangan dari IPB dan pakar kimia dari ITB sudah menyebutkan bahwa Bisfenol A (BPA) yang ada dalam kemasan AMDK, masih aman digunakan.
Anggota perkumpulan ginekologi Indonesia (POGI) Abraham Dian Winarto menjelaskan bahwa air dalam AMDK dipastikan bukan penyebab infertilitas atau kemandulan serta gangguan kesehatan lainnya.
Korelasi antara air dalam galon PC memcu kemandulan, butuh penelitian yang lebih serius dan mendalam. “Sampai sejauh ini yang dibilang kasus mandul karena air kemasan galon. Selama 15 tahun saya praktik, enggak ada tuh,” kata Abraham.
Selanjutnya, dokter spesialis kebidanan dan kandungan itu, meyakini bahwa AMDK yang beredar legal di pasaran, sudah melalui pengawasan dari BPOM. Termasuk faktor keamanan pastilah terus dipantau.
“Intinya suatu air kemasan yang beredar apalagi bermerek tentunya sudah melalui prosedur yang ketat dari BPOM sehingga pasti aman,” tambah Abraham.
Selanjutnya dia menjelaskan penyebab kemandual ada dua yakni faktor eksternal dan internal. Internal bisa jadi karena masalah hormonal atau kondisi medis.
“Sedangkan eksternal bisa karena gaya hidup yakni merokok, konsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang. Selain itu, berat badan sangat rendah atau tinggi juga memengaruhi kemampuan untuk hamil,” paparnya.
Selanjutnya, kata Abraham, dipicu stres berat atau kronis yang berdampak kepada keseimbangan hormon dan fungsi reproduksi.
Sementara, dokter spesialis kandungan, Boyke Dian Nugraha menyebut perokok berat dan kebiasaan mengonsumsi minuman keras, berdampak kepada kemandulan.