Market

Ditarget Energi Terbarukan Paris Agreement, Bisnis PLTS Atap Laris Manis

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Sesuai Paris Agrement, target bauran energi pada 2025 mencapai 23 persen.

Kebijakan ini, menjadi ladang basah bagi bisnis PLTS Atap alias panel surya. Salah satunya,  PT Xurya Daya Indonesia (Xurya), startup energi terbarukan yang mempelopori metode tanpa investasi dalam instalasi PLTS Atap. Kini, Xurya semakin memperkuat kolaborasi strategis bersama sejumlah kontraktor engineering, procurement, & construction (EPC).

Kolaborasi proyek panel surya ini terlihat dari meningkatnya pengerjaan proyek solar panel dan meningkatnya penyerapan tenaga kerja baru yang tidak hanya untuk teknisi, tetapi juga terciptanya berbagai jenis pekerjaan sehingga mengembangkan ekosistem Energi Baru & Terbarukan (EBT) di Indonesia.

VP of Operations Xurya Daya Indonesia, Philip Effendy mengatakan, proyek instalasi PLTS Atap yang dikerjakan melibatkan berbagai pihak. Salah satunya kontraktor EPC atau biasa disebut Green Partners, untuk membantu dalam manajemen proyek.

“Saat ini kami sudah berkolaborasi dengan lebih dari 25 kontraktor EPC, baik di dalam maupun di luar Pulau Jawa dan angka ini akan terus bertambah mengingat potensi PLTS Atap di Indonesia sangat besar dan tersebar di berbagai daerah,” paparnya, dikutip Antara, Rabu (1/12/2021).

Dalam praktiknya, kata dia, kolaborasi antara Xurya dengan kontraktor EPC terbentuk dari berbagai jenis kerjasama proyek, diantaranya Xurya membuka peluang dalam bentuk tender untuk semua kontraktor EPC atau kontraktor EPC menawarkan proyek instalasi PLTS Atap dan Xurya yang akan membiayai proyek tersebut.

Gian Nanda Pratama, Sr Business Development Account Manager TML Energy, salah satu kontraktor EPC yang berkolaborasi dengan Xurya, mengakui, kemitraan yang terbangun dalam penyediaan PLTS Atap, cukup positif. “Langkah ini sangat membantu kami dalam mempersingkat siklus penjualan,” paparnya.

Dikatakan, percepatan penggunaan EBT tidak hanya tanggung jawab BUMN, atau pemerintah saja, tetapi juga perlu adanya kontribusi dari pihak swasta, dan sinergi ini tidak hanya berorientasi kepada profit, tetapi juga upaya untuk mempercepat penggunaan EBT di Indonesia.”

Selain TML Energy, Xurya juga berkolaborasi sengan kontraktor EPC lain. Misalnya, ICA Solar, Surya Energi Indotama (SEI), LEIN Power, dan lainnya. Jumlahnya akan terus bertambah, mengingat akan semakin banyak permintaan proyek instalasi PLTS Atap dari pelaku industri maupun komersial di seluruh Indonesia.

“Kami sangat terbuka bagi kontraktor EPC yang ingin bekerjasama dengan Xurya, karena saat ini kami akan mengerjakan proyek instalasi PLTS Atap dengan total kapasitas lebih dari 300 MW hingga tiga tahun kedepan baik di dalam maupun di luar Pulau Jawa, tentu kami akan membutuhkan lebih banyak Green Partners untuk mempercepat adopsi tenaga surya di seluruh Indonesia,” kata Philip.

Sepanjang 2021, PLTS Atap yang dikerjakan Xurya mencapai 87 proyek. Total kapasitas terpasang meningkat 8 kali lipat ketimbang 2020. Capaian ini sejalan dengan penyerapan tenaga kerja di setiap proyek tersebut. Tiap pemasangan 1 Megawatt menyerap 20 tenaga kerja.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button