Diterpa Masalah Korupsi, Dirut Pertamina Dititipi Pesan Khusus Ini dari Presiden Prabowo


Direktur Umum (Dirut) PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius mengatakan apa yang terjadi di Pertamina merupakan ujian. Terungkapnya korupsi minyak mentah oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) membuatnya teringat lagi pesan Presiden Prabowo Subianto kepada dirinya usai dilantik.

“Hari kedua ketika saya menerima amanat sebagai Direktur Utama Pertamina, saya bersama Komisaris Utama (Iwan Bule) dipanggil menghadap Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka,” ujar Simon saat rapat dengan Komisi VI DPR, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (11/3/2025).

Simon mengatakan, saat bertemu Prabowo berpesan untuk selalu setia kepada merah putih. Hal itu, kata dia, disampaikan Presiden sembari menunjuk sangsaka merah putih yang ada di ruang kerja.

“Beliau (Prabowo) hanya menyampaikan, ‘Setialah hanya kepada bangsa dan rakyat Indonesia. Setialah hanya kepada Merah Putih’. Sambil menunjuk bendera yang berada di belakang  beliau duduk. Dan beliau pesan, Pertamina adalah soko guru dan tumpuan bangsa Indonesia,” kata dia.

“Itulah yang selalu kami resapi. Tentunya ketika kami menghadap ujian dugaan proses pelanggaran hukum yang sedang berlangsung, kami hormati. Namun, tentunya saya juga memberikan semangat, memberikan jaminan kepada rakyat Indonesia bahwa di dalam Pertamina pun masih banyak sosok-sosok Merah Putih,” sambungnya.

Diketahui, Kejagung tengah menyidik terkait kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang PT Pertamina Subholding serta KKKS periode 2018–2023.

Hingga saat ini, Kejagung telah menetapkan sembilan tersangka dalam skandal korupsi tersebut. Dua tersangka terbaru adalah Maya Kusmaya, Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga, serta Edward Corne, VP Trading Operation PT Pertamina Patra Niaga. Keduanya langsung ditahan di Rutan Salemba cabang Kejagung untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Modus operandi dalam kasus ini mencakup pengoplosan minyak berkadar oktan rendah dengan oktan tinggi serta pengadaan bahan bakar dengan sistem penunjukan langsung tanpa lelang.

Akibat praktik tersebut, harga BBM yang diperoleh jauh lebih mahal dari seharusnya. Kerugian negara akibat skandal ini diperkirakan mencapai Rp193,7 triliun, menjadikannya salah satu kasus korupsi terbesar dalam sejarah Indonesia. Kejagung juga mengungkap adanya kesepakatan ilegal dalam pengadaan minyak mentah yang merugikan negara dalam jumlah besar.

Adapun tujuh tersangka lainnya, Muhammad Kerry Andrianto selaku Beneficial Owner PT Navigator Khatulistiwa, Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan, lalu Direktur Utama PT Pertamina International Shipping Yoki Firnandi, Direktur Optimalisasi dan Produk Pertamina Kilang Internasional Sani Dinar Saifuddin.

Kemudian, Agus Purwono selaku Vice President Feedstock Manajemen pada PT Kilang Pertamina Internasional, Gading Ramadhan Joedo selaku Direktur Utama PT Orbit Terminal Merak sekaligus Komisaris PT Jenggala Maritim Nusantara dan Dimas Werhaspati selaku Komisaris PT Navigator Khatulistiwa sekaligus Komisaris PT Jenggala Maritim Nusantara.