Petenis Serbia Novak Djokovic kembali mengkritik sistem anti-doping dalam tenis setelah keputusan kontroversial terkait hukuman Jannik Sinner, yang hanya dijatuhi larangan bertanding selama tiga bulan. Menurut Djokovic, mayoritas pemain merasa sistem saat ini tidak adil dan cenderung memihak nama-nama besar.
Berbicara dalam konferensi pers jelang ATP Qatar Open, Djokovic menilai adanya inkonsistensi dalam penanganan kasus doping, terutama dalam kasus Sinner dan Iga Swiatek, dibandingkan dengan pemain berperingkat lebih rendah seperti Simona Halep dan Tara Moore, yang harus menjalani proses hukum lebih panjang dan hukuman lebih berat.
“Ini bukan citra yang baik untuk olahraga kita,” ujar Djokovic dikutip inilah.com dari Sky Sports, Selasa (18/2).
“Mayoritas pemain merasa ada perlakuan istimewa. Sepertinya jika Anda adalah pemain top dan memiliki akses ke pengacara terbaik, Anda bisa memengaruhi hasilnya,” lanjutnya.
Kasus Sinner mencuat setelah ia dinyatakan positif menggunakan clostebol dalam dua tes pada Maret 2024. World Anti-Doping Agency (WADA) awalnya menuntut hukuman satu hingga dua tahun, namun setelah penyelidikan lebih lanjut, WADA menerima bahwa Sinner tidak sengaja mengonsumsi zat terlarang tersebut akibat kelalaian fisioterapisnya yang menggunakan semprotan luka mengandung clostebol.
Sinner akhirnya menerima skorsing tiga bulan, yang membuatnya bisa kembali bermain tepat waktu untuk French Open pada Mei mendatang. Keputusan ini memicu kritik tajam, terutama dari Nick Kyrgios, yang menyebut bahwa keadilan dalam tenis “tidak ada”.
“Jadi, awalnya WADA ingin menghukumnya 1-2 tahun, tetapi tim Sinner melakukan segalanya untuk memastikan dia hanya mendapat larangan tiga bulan, tanpa kehilangan gelar atau hadiah uang. Bersalah atau tidak? Hari yang menyedihkan bagi tenis,” tulis Kyrgios di X.
Kasus ini semakin menyorot ketidakjelasan dalam sistem anti-doping tenis.
Simona Halep sebelumnya dijatuhi larangan empat tahun sebelum hukumannya dikurangi menjadi sembilan bulan, sedangkan Tara Moore berjuang selama bertahun-tahun untuk membuktikan dirinya tidak bersalah.
Djokovic menegaskan perlunya reformasi besar dalam sistem ini agar aturan lebih transparan dan adil bagi semua pemain.
“Sekarang adalah waktu yang tepat bagi dunia tenis untuk benar-benar mengatasi masalah ini. Sistem ini jelas tidak berjalan dengan baik,” pungkasnya.