Masoud Pezeshkian memenangkan putaran kedua pemilihan presiden (pilpres) Iran usai sukses mengantongi 53,6 persen suara. Ia mengalahkan pesaingnya, Saeed Jalili, yang meraih 44,3 persen suara.
“Dengan memperoleh mayoritas suara pada pemilu Jumat (5/7/2024), Pezeshkian telah menjadi Presiden Iran berikutnya,” demikian keterangan Kementerian Dalam Negeri Iran, seperti dilaporkan Al Jazeera.
Siapa Masoud Pezeshkian?
Masoud Pezeshkian merupakan mantan Menteri Kesehatan di bawah pemerintahan Presiden Mohammad Khatami (2001-2005). Setelah itu, pada 2008, ia mewakili Kota Tabriz dalam parlemen Iran.
Pezeshkian adalah dokter ahli jantung yang mengepalai Universitas Ilmu Kedokteran Tabriz, salah satu institusi medis terkemuka di Iran utara.
Ia populer di kalangan publik usai menentang tindakan represif terhadap demonstran pro-demokrasi pada 2009 dan kekerasan polisi moral pada 2022 pasca-kematian Mahsa Amini.
Mahsa Amini tewas saat ditahan polisi moral karena melanggar aturan berpakaian bagi perempuan di Iran. Warga Iran menggelar protes besar-besaran menyusul kematian Amini.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ratusan orang tewas dan ribuan orang ditangkap ketika pihak berwenang berupaya menyetop protes tersebut.
“Ini adalah kesalahan kami. Kami ingin menerapkan nilai-nilai agama melalui kekerasan. Secara ilmiah hal ini mustahil,” kata Pezeshkian kepada IRINN TV saat protes 2022 lalu.
“Saya juga salah, para ulama terkemuka dan masjid juga salah, dan otoritas penyiaran Iran juga salah. Semua orang harus melangkah maju dan bertanggung jawab,” ujarnya, seperti dikutip CNN.
![post-cover](https://i2.wp.com/c.inilah.com/reborn/2024/07/pilpres_Pezeshkian2_c1becaf8bd.jpg)
Pezeshkian mulai mengabdikan sebagian besar waktunya untuk politik usai kehilangan istri dan salah satu anaknya dalam kecelakaan mobil pada 1994 silam. Ia pernah mencalonkan diri sebagai presiden Iran pada pilpres 2013 dan 2021, namun kalah suara.
Berusia 69 tahun, Pezeshkian merupakan keturunan Azeri dan Kurdi. Bahasa Persia bukanlah bahasa ibunya.
Fakta ini meningkatkan pamornya di mata kelompok minoritas Iran. Namun, hal ini sekaligus membuat dia rentan terhadap serangan xenofobia dari beberapa rival politiknya.
Mengutip Anadolu Agency, jajak pendapat pra-pemilu menunjukkan bahwa masyarakat Iran sebagian besar mendukung Pezeshkian, terutama setelah lima debat presiden yang disiarkan televisi pada putaran pertama. Dalam debat itu, ia vokal tentang isu-isu kebijakan dalam dan luar negeri.
Pezeshkian memberi indikasi bahwa ia akan lebih terbuka terhadap keterlibatan diplomatik dengan dunia, termasuk Barat. Ia juga bermaksud untuk memulai reformasi di bidang ekonomi dan budaya.
Ia menegaskan bahwa mencapai tingkat pertumbuhan delapan persen tak mungkin dilakukan tanpa membuka perbatasan.
Pezeshkian juga dengan gigih mendukung perjanjian nuklir 2015 yang dicapai antara Iran dan negara-negara besar pada masa pemerintahan Presiden Rouhani.