Market

Alasan Migor Jadi Mahal, Ekonom Faisal Basri Ungkap Kesalahan Kebijakan Biodiesel

Minyak goreng termasuk komoditas yang harganya ikut melambung akhir-akhir ini. Tetapi pemicunya bukan karena efek fenomena El Nino yang terjadi pertengahan terakhir tahun 2023 ini. Lantas apa penyebabnya?

Ekonom senior Universitas Indonesia (UI), Faisal Basri mengingatkan tentang program pemerintahan Joko Widodo tentang kebijakan biodiesel berbasis minyak kelapa sawit (CPO) sejak tahun 2015. Nah, ekonomi yang awalnya satu barisan dengan Jokowi di awal pemerintahannya, menyayangkan kebijakan biodesel ini.

Akibat kebijakan ini, harga minyak goreng melambung. Saat ini tercatat, harga minyak goreng stabil di kisaran Rp 19.000-an per kilogram. Padahal harga CPO dalam tren menurun. Ketika harga CPO untuk biodiesel lebih tinggi dibandingkan dengan harga untuk industri pangan yakni minyak goreng

Komoditas CPO yang awalnya menjadi bahan dasar minyak goreng, Malapetaka bagi masyarakat di tahun 2022 saat harga minyak goreng merangkak naik seiring dengan peningkatan penggunaan CPO untuk biodiesel.

Jadi Faisal menegaskan penggunaan CPO untuk biodiesel berdampak serius terhadap pasokan minyak goreng yang merupakan kebutuhan pangan.

“Jadi negara ini ugal-ugalan ini setengah mati menentukan harga. Nanti kalau rugi, ada rafaksi, gak dibayar-bayar. Ini negara apa?” jelas Faisal dalam acara Talkshow dan Launching Buku Cerita Tentang Hulu-hilir Sawit Hari Ini dan Esok ‘Dampak Kebijakan Biodiesel terhadap Pasokan Minyak Goreng” di  Jakarta, Kamis (7/12/2023).

Akibat kebijakan itu, lanjut Faisal, tidak hanya di tataran masyarakat tetapi muncul ketidakpastian bagi pengusaha. “Ujung-ujungnya pengusaha, kemudian petani dirugikan.”

Hal lain yang dikritisi Faisal tentang larangan ekspor CPO yang justru menciptakan banyak kerugian. Pemerintah, misalnya, kehilangan pemasukan dari pajak ekspor sawit. Sementara pengusaha dan petani menghadapi penurunan harga komoditas dan kesulitan ekonomi.

“Pak Jokowi pidato langsung, mulai besok larang ekspor CPO. Pertama yang rugi pemerintah, nggak dapet pajak ekspor. Sama bea sawit, pemerintah rugi. Pengusaha rugi. Nggak bisa ekspor. Iya, kan? Petani rugi, harganya anjlok,” ucap Faisal. 

Padahal, menurut Faisal, penting untuk terus mencermati dugaan penetapan dua harga jual CPO. Harga CPO untuk biodiesel lebih tinggi sehingga tidak mendukung untuk industri pangan yakni minyak goreng, ia menilai transparansi kebijakan patut dipertanyakan.

“Katanya CPO ini langka karena harga di pasar internasional tinggi, oleh karena itu pada ekspor semua. Padahal ekspor turun,” ucapnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button