Arena

Doni Lihat Banyak Ibu-Ibu dan Anak Kecil Saat Gas Air Mata Ditembakkan ke Tribun

Doni, salah satu korban tragedi Kanjuruhan masih meratap sedih tak percaya harus kehilangan dua saudaranya saat menonton klub kesayangannya bertanding.

Doni jadi salah satu korban selamat yang berani menceritakan detik-detik terjadinya tragedi yang menewaskan 125 orang tersebut.

Berangkat bersama keluarga serta saudara, Doni tak merasakan ada yang aneh saat pertandingan selesai, meski Arema harus kalah 2-3 dari Persebaya dalam laga tersebut.

Doni memilih tetap duduk di tribun sembari menunggu antrian penonton ke luar stadion. Saat itu, ia masih duduk di area Tribun 14 bersama sejumlah rekan dengan tiga orang anak kecil.”Saat itu antre normal, saya menunggu biar agak sepi. Namun, di area bawah memang sudah mulai ramai pendukung yang tidak puas,” kata Doni saat menceritakan kejadian di Stadion Kanjuruhan, Senin (3/10/2022).

Namun dengan cepat, eskalasi kericuhan di dalam lapangan cepat meningkat dan memaksa kepolisian menembakan gas air mata.”Tembakan pertama saya merasa panik, saya berdiri. Kedua, panik semua penonton. Yang tadi masih belum sepi di pintu keluar, terus dengan adanya tembakan, panik dan berhamburan,” ungkapnya.

Ia bergegas keluar dengan memegangi anaknya yang berusia sepuluh tahun.”Anak saya di depan saya, saya tidak melihat pintu itu buka atau tutup. Tapi kalau secara logika, jika pintu itu terbuka, berdesakan itu akan cepat keluar,” katanya.

Doni berhasil keluar dari Stadion dengan selamat bersama sang anak meski sempat berdesak-desakan sambil menahan perih akibat tembakan gas air mata.

“Yang membuat panik pertama kali adalah adanya tembakan gas air mata itu, di tribun itu ada anak kecil, ibu-ibu,” ucap Doni lirih.

Hingga akhirnya Doni harus kehilangan dua anggota keluarganya yakni M Yulianton (40) dan Devi Ratna Sari (30) yang meninggal dunia pada saat berusaha keluar dari stadion.

“Saya mencari keadilan. Kalau untuk doa sudah cukup, kami dari keluarga ingin keadilan untuk korban,” tandasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button