News

Dorong Islamofobia, Swedia Rencanakan Tutup Semua Sekolah Muslim

Pemerintah Swedia akan menutup seluruh madrasah milik komunitas Muslim sebagai upaya mendorong retorika anti-Muslim dan menghentikan swastanisasi pendidikan.

Mohamed Amin Kharraki, kepala sekolah Muslim Independen Framstegsskolan di pinggiran ibukota Stockholm, mengatakan sekitar 20 sekolah yang mengklasifikasikan diri sebagai Islam dan dimiliki komunitas Muslim ditutup, dengan hanya tiga yang tersisa. Pihak sekolah melayangkan gugatan ke pengadilan.

Mei lalu, inspektorat sekolah di Swedia mengumumkan akan menutup Framstegsskolan. Pihak sekolah memenangkan pengadilan banding dan PTUN mengatakan keputusan itu seharusnya tidak berlaku lagi.

Awal 2022, Menteri Pendidikan Lena Axelsson Kjellblum mengatakan pemerintahnya akan memperkenalkan undang-undang yang bertujuan melarang pendirian sekolah agama independen. RUU itu dimaksudkan untuk melarang pendirian sekolah agama independen, dan mencegah sekolah berkembang dengan meningkatkan jumlah siswa atau membuka cabang baru.

Dituduh berkonspirasi

Keputusan inspektorat sekolah untuk menutup Framstegsskolan didasarkan pada laporan Dinas Keamanan Domestik Swedia (SAPO) bahwa sekolah itu memiliki hubungan dengan Ikhwanul Muslimin, punya agenda rahasia, dan dugaan terorisme.

Emin Poljarevic, profesor sosiologi agama, mengatakan kepada outlet berita Syre; “Jika saya tidak memiliki latar penelitian dan mempelajari Ikhwanul Muslimin, saya akan takut pada kegelapan. Saya takut pada semua pemimpin Muslim di Swedia,”kata dia.

Prof Poljarevic melanjutkan; “Keadaan ini menunjukan kita memiliki iklim sosial ketika Muslim dieksotifikasi dan dibuat curiga. Sayang sekali SAPO dan semua otoritas jatuh ke dalam lubang itu.”

Termasuk lembaga pra-sekolah Islam

Prasekolah Saimagarden di Distrik Akalla Stockholm, yang juga dikelola Framstegsskolan, ditutup Agustus lalu karena klaim SAPO bahwa anak-anak berisiko diradikalisasi. Namun pengadilan membatalkan langkah itu dan prasekolah tetap buka sampai putusan akhir dikeluarkan.

Kharraki menyatakan SAPO tidak menyebutkan tuduhan khusus tentang kedua sekolah itu dalam laporannya. Bahkan SAPO merujuk pada sumber rahasia.

Inspektorat sekolah juga tidak pernah mengunjungi Framstegsskolan untuk mengamati dugaan radikalisasi dan menolak mempertanyakan laporan SAPO.

Sead Busuladzic, anggota dewan partai politik Nyan, mengatakan penutupan sekolah bukan tentang pendidikan tapi iklim politik anti-Muslim.

Dia menunjukkan bagaimana partai-partai sayap kanan yang berkuasa secara eksplisit mengatakan mereka tidak menentang aliran Kristen, Yahudi, dan lainnya. Politisi lain, dalam narasinya, menormalkan Islamofibia dan mempersulit hidup minoritas.

Mereka, kata Busuladzic, hanya mempersoalkan sekolah Islam. Hanya dengan itu partai-partai bisa mempengaruhi pendapat umum dan bagaimana Muslim seharusnya dilihat. [Anadolu Agency/Daily Sabah]

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button