Anggota Komisi IX DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional, Saleh Daulay, mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan ranking Indonesia dalam sektor pendidikan dan kesehatan.
Salah satu faktor utama adalah ketidakmerataan persebaran penduduk, yang terpusat di kota-kota besar dan menyulitkan pemerintah dalam meratakan akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan.
Menurut Saleh, kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan juga memperparah ketimpangan ini.
“Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, dan Makassar, layanan kesehatan dan pendidikan jauh lebih baik dibandingkan dengan daerah terpinggir, terluar, dan perbatasan,” jelas Saleh kepada Inilah.com, Jumat (12/8/2024).
Saleh menambahkan bahwa dengan jumlah penduduk yang menempati peringkat keempat terbanyak di dunia, tantangan untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan dan kesehatan menjadi semakin besar.
“Mengurus penduduk yang lebih sedikit tentu akan lebih mudah dibandingkan dengan mengurus penduduk yang banyak,” ungkapnya.
Data dari Institute for Management Development (IMD) World Competitiveness menunjukkan bahwa sektor kesehatan dan pendidikan Indonesia hanya menempati ranking ke-61.
Angka ini jauh di bawah Malaysia yang berada di peringkat ke-42 dan Singapura di peringkat ke-28.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri telah menyoroti masalah ini.
“Kita mungkin naik 7 level dalam daya saing secara keseluruhan, namun untuk pendidikan dan kesehatan kita masih berada di ranking 57 dan 58,” ungkap Jokowi dalam sebuah video yang diunggah oleh kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Jokowi menegaskan bahwa meskipun infrastruktur yang dibangun pemerintah sudah baik, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak memadai akan tetap mencerminkan posisi Indonesia yang tertinggal dalam ranking global.
“Infrastruktur sebaik apapun kalau SDM tidak baik, jelek, nanti di ranking kelihatan,” tuturnya.