Pasukan Brigade Pertahanan Teritorial ke-117 Ukraina, yang baru saja merebut wilayah Kursk, Rusia, ternyata hanya menggunakan drone kecil berbiaya murah. Mereka menyerbu wilayah Kursk dengan drone-drone misi sekali jalan bermuatan granat yang terikat kabel.
Senjata sederhana itu hanya memerlukan biaya sekitar US$400 untuk dirakit, tetapi bisa mengejar target bernilai jutaan dolar.
Prajurit Igor mengendalikan drone tersebut dalam uji coba. Tetapi dalam misi sebenarnya, ia dapat melihat momen terakhir seseorang di layar kecilnya. Dia mengakui bahwa hal tersebut dapat terasa sangat personal. “Ini emosional,” kata Igor kepada CBS News. “Tapi saya mengerti bahwa kami telah memilih jalan yang benar.”
Rusia mengklaim telah menembak jatuh puluhan drone di tengah serangan terbesar Ukraina sejauh ini. Drone telah memainkan peran besar dalam perang ini di kedua pihak, sejak Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada Februari 2022.
Pesawat tak berawak kecil itu kini berperan penting dalam serangan mendadak Ukraina saat pasukan mereka merebut wilayah di Kursk barat, Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, serangan tersebut adalah bagian dari taktik baru Ukraina yang bertujuan menciptakan zona penyangga di dalam Rusia untuk mencegah serangan ke Ukraina. Cara itu bahkan diyakini membalikkan keadaan perang, mengingat pasukan Ukraina kesulitan menahan garis di tempat lain di sepanjang front yang panjang.
Rusia pada Jumat (23/8/2024) mengeklaim –untuk kedua kalinya dalam minggu ini– bahwa Ukraina mencoba menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir Kursk dengan serangan drone, dan mengutuk apa yang disebutnya sebagai ‘terorisme nuklir’. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pihaknya menembak jatuh tiga drone yang menuju ke pembangkit tersebut.
Pejabat Ukraina belum segera memberikan komentar atas tuduhan tersebut, yang muncul beberapa hari sebelum kepala Badan Pengawas Nuklir PBB, IAEA, dijadwalkan mengunjungi pembangkit listrik di Kursk.
Kepala IAEA, Rafael Grossi, telah berulang kali menyerukan penahanan diri dari semua pihak untuk menghindari kecelakaan nuklir yang berpotensi bencana. Dia telah mengeluarkan banyak peringatan dan permohonan serupa selama dua tahun terakhir, karena pasukan Rusia menduduki pembangkit nuklir Ukraina dan misil serta drone mendarat di dekat fasilitas tersebut.
Sersan Alex, yang memimpin unit drone Ukraina yang membawa kru CBS News ke perbatasan Rusia, mengatakan bahwa senjata ini sangat penting bagi negaranya. Bukan hanya karena hemat biaya, tetapi juga karena mereka ‘jauh lebih efektif dan presisi daripada artileri’.
Itu membuat unit drone seperti miliknya menjadi target utama bagi drone Rusia sendiri, sementara Moskow memiliki lebih banyak drone. Menurut pasukan, hal itu membuat Prajurit Victor menjadi orang paling penting dalam regu. Dialah yang mengemudikan kendaraan mereka ke dan dari garis depan, tidak jarang ngebut dikejar drone-drone Rusia.
“Kecepatan dan profesionalisme adalah yang paling penting,” kata Victor. Ia mengaku terus-terusan berharap agar tidak terjadi kerusakan.
Dalam sehari, brigade ini mengatakan mereka bisa melakukan hingga lima misi pencarian dan penghancuran, yang menargetkan kendaraan lapis baja, kendaraan, dan pasukan Rusia.
“Kami selalu memiliki satu misi,” kata Sersan Alex kepada CBS News. “Hancurkan musuh.”
Pemerintahan Joe Biden telah menjanjikan bantuan militer baru sekitar US$125 juta kepada Ukraina. Pejabat Ukraina pada Kamis (22/8/2024) mengatakan, paket terbaru akan mencakup sistem anti-drone dan perang elektronik.