Market

Dukung Sawit Nasional, Menko Airlangga Sambangi Program PSR dan Ikut Panen

Saat berada di Provinsi Riau, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyaksikan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di Kabupaten Libo Jaya.

Selain itu, Menko Airlangga menyaksikan langsung panen sawit di perkebunan milik petani swadaya. Langkah Menko Airlangga ini merupakan bentuk dukungan terhadap pengembangan industri sawit nasional yang berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.

“Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan dan penyumbang devisa terbesar non migas, dan sekaligus sebagai eksportir terbesar minyak sawit di dunia dengan menguasai lebih dari 58% pangsa pasar dunia,” papar Menko Airlangga, dikutip Kamis (24/2/2022).

Ya, pernyataan Menko Airlangga soal jumbonya kontribusi ekspor minyak sawit terhadap perekonomian Indonesia, benar sekali. Menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), kontribusi devisa ekspor dari minyak sawit pada 2021 diprediksi mencapai US$30 miliar, atau setara Rp429,7 triliun. Naik signifikan ketimbang 2020 yang mencapai US$22,9 miliar. Atau setara Rp328 triliun.

Selain itu, kata Menko Airlangga, industri sawit nasional menciptakan lapangan kerja kepada lebih dari 16 juta pekerja, baik secara langsung maupun tidak langsung. “Untuk itu, pemerintah memprioritaskan untuk menjamian terwujudnya keberlanjutan industri sawit Indonesia demi keberlanjutan dan penguatan ekonomi nasional,” paparnya.

Program PSR atau dikenal dengan istilah replanting, kata Menko Airlangga, punya tujuan mulia. Yakni, mengerek produktivitas sawit nasional. Kalau hasil panen sawit meningkat maka petani-lah yang menikmati hasilnya. Ujung-ujungnya kesejahteraan petani sawit semakin meningkat.

“Program PSR yang hari ini kita laksanakan adalah upaya untuk mewujudkan keberlanjutan tersebut, dengan harapan akan dilanjutkan dengan penanaman di kebun-kebun rakyat lainnya yang produktivitasnya sudah rendah. Sawit Jaya, Untuk Negara Maju, Makmur dan Sejahtera,” pungkasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button