Dulu Produksi Kerupuk, Kini Desa Karang Kulon Jadi Ikon Batik Tulis Kelas Dunia


Dompet Dhuafa memainkan peran vital dalam membangun kembali ekosistem batik di Desa Karang Kulon, Imogiri, Bantul, Yogyakarta, setelah gempa bumi dahsyat yang melanda wilayah tersebut pada tahun 2006.

Pengurus Kelompok Batik Tulis Berkah Lestari, Nani Nurhayati, mengungkapkan bahwa Dompet Dhuafa menjadi pihak pertama yang hadir untuk membantu masyarakat bangkit. 

“Setelah gempa 2006, Dompet Dhuafa adalah yang pertama kali hadir dan mempelopori pembentukan desa batik wisata di sini,” ujar Nani saat ditemui oleh inilah.com di Yogyakarta, Selasa (4/12/2024).

Dari Produksi Kerupuk ke Desa Batik Wisata

Sebelum gempa, rumah batik di desa tersebut awalnya digunakan untuk memproduksi kerupuk. Namun, bencana tersebut memaksa banyak warga kehilangan mata pencaharian mereka. Berkat dukungan Dompet Dhuafa, para perempuan dengan keterampilan membatik berhasil kembali berproduksi sekaligus memulihkan ekonomi lokal.

“Setelah gempa, banyak ibu-ibu yang takut keluar rumah. Tapi, dengan bantuan Dompet Dhuafa untuk mengembangkan kembali batik, mereka mulai merasa senang meski awalnya pendapatan hanya Rp30 ribu per minggu,” kata Nani. Pendapatan tersebut terdiri dari Rp20 ribu untuk hasil membatik dan Rp10 ribu untuk uang makan.

Menembus Pasar Internasional

Kini, dengan ketekunan dan konsistensi para pembatik, hasil karya mereka telah menembus pasar internasional, dengan pembeli dari negara-negara seperti Jepang dan Inggris. 

“Baru-baru ini kami menerima wisatawan dari Jepang yang langsung memesan batik, dan kami kirimkan ke sana. Bahkan pernah juga mengirimkan batik ke Britania Raya,” tambah Nani.

Proses Panjang, Kualitas Tinggi

Batik tulis dari Desa Karang Kulon dikenal dengan keunikan dan kualitasnya yang tinggi. Harganya berkisar antara Rp1,5 juta hingga Rp3,5 juta per lembar, sebanding dengan proses pembuatannya yang rumit dan memakan waktu hingga 2-3 bulan.

“Kami membuat batik tulis murni. Untuk yang klasik, pengerjaan bisa memakan waktu berbulan-bulan karena dibuat dengan dua sisi, depan dan belakang. Proses ini tentu membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit,” ujar Nani menjelaskan.

Dengan bantuan Dompet Dhuafa, ekosistem batik di Desa Karang Kulon tidak hanya pulih, tetapi juga berkembang menjadi pusat produksi batik tulis yang diminati pasar internasional, sekaligus menjadi kebanggaan lokal.