Duta Besar Afrika Selatan yang diusir dari Amerika Serikat karena berselisih dengan pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah tiba di kampung halamannya dengan sambutan meriah bak pahlawan. Ia menyampaikan nada menantang atas keputusan Trump tersebut.
Kerumunan di Bandara Internasional Cape Town mengelilingi Ebrahim Rasool dan istrinya Rosieda pada Minggu (23/3/2025) saat keluar dari terminal kedatangan di kota asal mereka. Mereka kemudian mendapat pengawalan polisi untuk membantunya melewati gedung.
“Pernyataan persona nongrata dimaksudkan untuk mempermalukan Anda,” kata Rasool kepada para pendukungnya sambil berbicara kepada mereka dengan pengeras suara. “Namun, ketika Anda kembali ke kerumunan seperti ini, dan dengan kehangatan… seperti ini, maka saya akan mengenakan persona non grata saya sebagai lambang martabat. Bukan pilihan kami untuk pulang, tetapi kami pulang tanpa penyesalan,” tambahnya.
Rasool juga mengatakan penting bagi Afrika Selatan untuk memperbaiki hubungannya dengan AS setelah Trump menghukum negara itu dan menuduhnya mengambil sikap anti-Amerika bahkan sebelum keputusan untuk mengusir Rasool.
Trump mengeluarkan perintah eksekutif bulan lalu yang memotong semua pendanaan ke Afrika Selatan. Ia menuduh pemerintah Afrika Selatan mendukung kelompok Palestina Hamas dan Iran, serta menjalankan kebijakan anti-kulit putih di dalam negeri.
Afrika Selatan mengajukan kasus ke Mahkamah Internasional (ICJ) pada Desember 2023, yang menuduh Israel melanggar kewajibannya berdasarkan Konvensi Genosida dalam perangnya di Jalur Gaza. Lebih dari 10 negara telah bergabung dengan Afrika Selatan dalam kasus genosida tersebut.
“Kami tidak datang ke sini untuk mengatakan bahwa kami anti-Amerika,” kata Rasool kepada khalayak. “Kami tidak di sini untuk meminta Anda membuang kepentingan kami dengan Amerika Serikat.”
Itu adalah pernyataan publik pertama mantan duta besar tersebut sejak pemerintahan Trump menyatakannya sebagai persona non grata lebih dari seminggu yang lalu, mencabut kekebalan dan hak istimewa diplomatiknya, serta memberinya waktu hingga hari Jumat untuk meninggalkan negara tersebut.
Sangat tidak biasa bagi AS untuk mengusir duta besar asing. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, yang mengeluarkan pernyataan di X, mengatakan Rasool adalah “politisi penghasut tentang ras” yang membenci AS dan Trump.
Postingan Rubio ditautkan ke sebuah cerita di situs berita konservatif Breitbart yang melaporkan ceramah Rasool pada webinar yang diselenggarakan lembaga pemikir Afrika Selatan. Dalam ceramahnya, Rasool berbicara dalam bahasa akademis tentang tindakan keras pemerintahan Trump terhadap program keberagaman dan kesetaraan serta imigrasi kemudian menyebutkan kemungkinan di mana orang kulit putih tidak akan lagi menjadi mayoritas di AS.