Pendiri sekaligus pemimpin PolMark Research Centre Eep Saefulloh Fatah mengatakan jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) seperti memiliki kepribadian ganda atau bipolar.
Sebab selama dua periode kepemimpinan, Presiden Jokowi seperti dua sisi mata uang yang berbeda. Sehingga sosok kepemimpinan Jokowi yang diharapkan rakyat ada di periode pertama dan periode kedua Jokowi hanya ingin melanggengkan kekuasaannya.
“Semakin lama itu memperkuat dirinya, memperkuat kekuasaannya namun yang dipertanyakan dipakai buat apa itu, jadi mencemaskan,” kata Eep dalam diskusi yang bertajuk ‘Ngobrolin People Power 14 Februari 2024 Bersama Masyarakat Jurdil di TPS’ di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (26/1/2024).
Eep menyebut hal ini menjadi wujud nyata dimana musuh terbesar seorang pemimpin adalah dirinya sendiri. Dan dengan kemenangan kedua Jokowi di Pilpres 2019 menunjukkan bahwa harapan akan pemimpin bersosok ‘Joko’ masih ada.
“(Tapi) ternyata Widodo yang menang,” ungkapnya.
Gejala Widodo yang tumbuh dari sosok Presiden ke-7 RI ini disebut Eep sudah tampak di ujung periode pertamanya. Hal yang paling menonjol adalah ketika ‘Widodo’ di awal periode keduanya bersemangat untuk merevisi Undang-Undang KPK.
“Agenda pertama Widodo yang tidak pernah diagendakan Joko sebelumnya,” ujarnya.
Selanjutnya, kejanggalan tersebut berlanjut dimana sosok Joko selalu meminta petunjuk kepada KPK untuk memilih calon menteri, namun tidak dengan sosok Widodo. Justru, Widodo cenderung memilih pembantunya yang dianggap mudah dikendalikan dengan memegang kunci catatan hitam mereka.
“Dan di kemudian hari terbukti, ketika menteri ini mau koalisi ke tempat lain, diperiksa Kejaksaan Agung, ketika ini mau begini diperiksa KPK, ketika gubernur ini mau begini diperiksa KPK, digeledah,” jelasnya.
Leave a Reply
Lihat Komentar