Market

Ekonom: Bergantung Batu bara dan CPO, Surplus Neraca Dagang Tak Berkualitas

Kamis, 18 Agu 2022 – 21:38 WIB

Bergantung Batu bara dan CPO, Surplus Neraca Dagang Tak Berkualitas

Mungkin anda suka

Laju ekspor dan impor melalui terminal peti kemas.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai, surplus neraca perdagangan Indonesia, tidak berkualitas. Karena terlalu bergantung kepada komoditas unggulan seperti batu bara atau CPO.

“Untuk saat ini, neraca perdagangan kita, surplusnya sangat tidak berkualitas. Karena tergantung harga batubara atau CPO (Crude Palm Oil) naik, surplusnya besar. Ketika harga turun, surplusnya ikut turun. Ini tidak mencerminkan kualitas dari surplus neraca perdagangan seperti yang kita harapkan,” papar Bhima kepada Inilah.com, Jakarta, Kamis (18/7/2022). .

Kondisi seperti ini, menurutnya, tidak cukup sehat. Lantaran, perekonomian terlalu bergantung kepada komoditas. Saat ini, krisis global sudah terjadi, pertanda sebentar lagi harga komoditas ekspor unggulan Indonesia, berpeluang turun.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor Indonesia pada Juli 2022 senilai US$25,57 miliar, atau turun 2,2 persen ketimbang Juni 2022. Namun jika dibandingkan Juli 2021, naik 32,03 persen.

Sementara, nilai impor Indonesia pada bulan yang sema, mencapai US$21,35 miliar. Atau 1,64 persen ketimbang Juni 2022. Serta naik 39,86 persen ketimbang Juli 2021.

Sejumlah sektor yang berkontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia adalah sektor pertanian 1,5 persen, migas 5,38 persen, tambang 24,91 persen, dan industri menyumbang 68,21 persen. Sementara penyumbang terbanyak ialah sektor nonmigas 94,62 persen dari total ekspor Juli 2022

Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto mengatakan, ekspor Indonesia impresif selama beberapa bulan terakhir. Tak lepas dari tren tingginya harga komoditas.

“Volume ekspor komoditas utama Indonesia menunjukkan kecenderungan yang stagnan. Mengingat beberapa harga komoditas internasional sudah mulai menunjukkan penurunan barangkali perlu kita waspadai terhadap neraca perdagangan kita untuk bulan-bulan ke depan,” ujar Setianto, Kamis (18/8/2022).

Sedangkan Benny Soetrisno, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) menyebut potensi penurunan ekspor nasional yang terlihat selama Juli 2022.

“Pemerintah seharusnya khawatir ya, karena selama ini kan surplus ekspor impor untuk menjaga fiskal kita. Diantaranya untuk subsidi yang cukup besar untuk menahan inflasi.” ujar Benny.

Melalui keterangan Benny, ekspor Indonesia masih terhambat karena sejumlah faktor eksternal maupun internal. Termasuk geopolitik seperti perang dagang AS dan China, invasi Rusia ke Ukraina, serta memanasnya laut China dan Taiwan.

Sementara, permasalahan internal, menurut Benny tidak lepas dari masalah logistik dan perizinan yang tak kunjung terbenahi. Pelaku dagang mengambil langkah siaga untuk mengatasi potensi lesunya ekspor nasional, seperti yang sudah diingatkan BPS.

“Strategi kita adalah memperpanjang kontrak-kontrak beli dari pembeli, artinya mempersiapkan rencana jual itu lebih lama. Karena sekarang pembeli itu lebih nyari yang murah, jadi short buyingnya lebih banyak.”

Meski ekspor nasional nampaknya mengalami penurunan bulanan, Indonesia masih dikatakan aman selama tahun 2022 ini, apalagi jika dibandingkan dengan tahun 2021.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button