MarketOtotekno

Ekonom: Merger Operator Telekomunikasi Bikin Tarif Internet Makin Murah

Tahun ini, sejumlah catatan positif mewarnai dunia telekomunikasi. Salah satunya tren merger operator telekomunikasi.

Aksi korporasi itu dinilai bisa menjadi momentum percepatan sinergi dengan program pemerintah. Merger dapat membawa efek positif berupa persaingan usaha yang semakin sehat dan efisiensi operasional. Ujung-ujungnya, menguntungkan konsumen secara luas. Yakni, biaya internet semakin murah.

Salah satu program pemerintah yang dapat disinergikan dengan konsolidasi operator telko adalah program merdeka sinyal. Pemerintah telah menetapkan program Merdeka Sinyal yang ditargetkan bisa terwujud pada 2022.

Dalam program ini, pemerintah berupaya menyediakan layanan internet berbasis jaringan telekomunikasi untuk 20.341 desa di wilayah 3T. Selain itu, pemerintah memprioritaskan menghadirkan sinyal 4G, terutama di 12.548 desa dan kelurahan yang belum terjangkau.

Tauhid Ahmad, Executive Director Indef menilai, merger yang terjadi di industri telekomunikasi membawa efek positif terhadap pengembangan industri ICT di Indonesia. “Merger ini diharapkan mampu membuat persaingan makin sehat sehingga pada akhirnya konsumen yang akan diuntungkan dari adanya peningkatan dan pengembangan industri telekomunikasi,” jelas Tauhid, Jakarta, Jumat (24/12/2021).

Menurut Tauhid, merger menjadi salah satu pilihan terbaik untuk memperluas pangsa pasar, meningkatkan teknologi, dan efisiensi operasional. Terlebih lagi di zaman disrupsi digital saat ini yang mengedepankan kolaborasi dan sinergi.

Tauhid menyoroti sektor telekomunikasi yang marak melakukan merger antara lain antara XL Axiata dengan Axis serta Indosat Ooredoo dengan Tri, menjadi pilihan terbaik guna menghadapi tantangan ke depan terutama pengembangan 5G.

Efek positif lainnya, kata Tauhid, merger juga akan memudahkan pemerintah melakukan pengawasan serta sinergi dengan program-program yang dibuat. “Misalnya, pemerataan infrastruktur telekomunikasi dan digital itu menjadi program pemerintah. Nah dengan merger, kemampuan provider pun meningkat untuk dapat membangun infrastruktur seperti tower dan BTS yang diakibatkan dari adanya efisiensi dan penambahan daya modal dari perusahaan provider. Harapannya adalah mereka dapat membangun di daerah-daerah yang belum terjamah sinyal internet kuat,” paparnya.

Sementara, David Manurung, Head of Investment Pacific Capital Investment menilai, maraknya aksi merger operator telko ini, ditujukan untuk dapat menciptakan sinergi yang menghasilkan skala ekonomi tertentu, memperkuat struktur permodalan, meningkatkan ketrampilan manajemen dan karyawan maupun menciptakan peluang ekspansi, baik pada lini produk maupun area pasar yang belum terjangkau.

“Seperti kita ketahui bersama, industri jasa layanan telekomunikasi merupakan bisnis yang padat modal. Perusahaan harus memiliki daya tahan dan modal yang kuat untuk menghadapi persaingan yang tinggi dari para pesaingnya,” kata dia.

David bilang, dari sisi teknologi, industri telekomunikasi merupakan industri yang siklus hidup teknologinya sangat cepat. Agar dapat memberikan layanan yang prima dan konsisten kepada pelanggan, pelaku bisnis industri telekomunikasi harus secara kontinu meningkatkan dan memperbaharui layanan maupun teknologinya, dan hal ini tentunya membutuhkan modal yang sangat besar.

“Merger antar perusahaan telekomunikasi merupakan jawaban bagi para pelaku industri untuk merespon kebutuhan modal yang tinggi, terciptanya stuktur biaya yang efisien sekaligus untuk dapat lebih bersaing dengan para kompetitornya,” jelasnya.

Kehadiran teknologi 5G yang pertama kali diluncurkan di Korea Selatan pada 2019, menurut David, menjadi perhatian utama operator telko dalam hal persaingan pasar. Perkembangan teknologi 5G akan memfasilitasi perkembangan layanan seperti enhanced Mobile Broadband, streaming Virtual Reality (VR), akses internet super cepat, telemedis, video streaming dengan kualitas 8K, cloud gaming, autonomous car maupun smart home monitoring.

“Nah, untuk menghadapi peluang dan tantangan terkait pengembangan 5G, tentu operator telko harus memperkuat struktur permodalan dan jaringan, salah satunya bisa dicapai melalui merger,” katanya.

Di Indonesia, menurut David, teknologi 5G resmi diluncurkan pada akhir Mei 2021. “Dengan strategi merger, operator telko dapat lebih agresif dalam pengembangan 5G di seluruh pelosok Indonesia. Misalnya, merger antara PT Indosat Tbk dan PT Hutchison 3 Indonesia akan membuat teknologi 5G Indosat akan semakin solid berkat tambahan frekuensi dari Hutchison 3,” pungkasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button