Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengimbau agar pengganti Sri Mulyani jangan berasal dari kalangan politik. Saran itu menyusul isu reshuffle kabinet merah putih yang kian santer.
“Penggantinya harus dipilih dari kalangan teknokratis. Sebab pasar akan merespon negatif apabila pengganti Sri Mulyani seorang politikus, apalagi jika memiliki kekerabatan dengan Presiden RI Prabowo. Ini yang harus dihindari,” ujar Bhima kepada inilah.com, Jakarta, Selasa (18/3/2025).
Bhima juga menyinggung, saat Thomas Djiwandono diangkat sebagai wakil menteri keuangan, yang menurutnya memiliki kedekatan dengan Presiden Prabowo. Hal itu menurunkan kredibilitas Menteri Keuangan.
“Kedepan pengganti Sri Mulyani maupun Airlangga Hartarto harusnya berasal dari teknokrat atau birokrat karir dan tidak memiliki hubungan kekeluargaan dengan presiden jadi bisa bekerja profesional,” tutur dia.
Airlangga Hartarto sebelumnya sudah angkat bicara terkait isu yang menyebut dia akan mundur dari Kabinet Merah Putih.
“Belum dengar,” kata Airlangga singkat kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis malam (13/3/2025).
Sehari sebelumnya, pertanyaan serupa juga sudah dilempar ke Menteri Keuangan Sri Mulyani. Dia memilih bungkam dan hanya melempar senyuman.
Bhima memperkirakan pada tahun ini proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa turun menjadi 4,7-4,9 persen year on year (yoy). Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya dinamika harga komoditas ekspor yang anjlok. Padahal struktur ekonomi Indonesia bergantung pada sektor ekstraktif sehingga saat batubara dan nikel anjlok, ekspor Indonesia terpukul.
Bhima mengakui daya beli masyarakat saat ini memang lesu. Belum lagi PHK di sektor padat karya terus terjadi.