Market

Ekonom: Salah Sedikit Atur Fiskal, Indonesia Masuk Jurang Resesi

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengingatkan hati-hati tentukan kebijakan fiskal di 2023. Sekali salah, risikonya berat. Indonesia bakal tersengat resesi ekonomi.

Apalagi kalau gagal menjaga inflasi. Langkah antisipasi penting, mengingat Indonesia menargetkan defisit dalam APBN kembali di bawah 3 persen PDB pada tahun depan. “Ancaman resesi global semestinya disikapi dengan kebijakan fiskal yang lebih berhati-hati dalam hal melakukan normalisasi kebijakan di tahun 2023,” kata Faisal saat di Jakarta, Senin (24/10/2022).

Ia kembali mengingatkan, pelaksanaan kebijakan fiskal harus dilakukan hati-hati. Agar tidak mengganggu kegiatan perekonomian dalam negeri dan mampu memperkuat daya tahan masyarakat terhadap krisis.

“Semestinya dalam kondisi di mana ada tekanan global, kebijakan fiskal mestinya menjadi tameng. Supaya resesi itu tidak menular ke dalam negeri, sebagai shock absorber istilahnya,” kata Faisal.

Salah satu contoh kebijakan fiskal yang bisa diterapkan adalah melepaskan insentif atau mengurangi insentif. Tentunya dengan mempertimbangkan dampak lanjutan kepada sektor perpajakan. “Seperti mengurangi insentif terhadap sektor yang relatif lebih kuat,” kata Faisal.

Selain itu, menurut dia, pengendalian inflasi juga perlu dilakukan berkoordinasi dengan pemangku kepentingan terkait mengingat kebijakan yang kontraproduktif dapat menjadi boomerang atau justru mendorong inflasi.

“Seperti kemarin melepaskan subsidi atau tidak menaikkan harga BBM bersubsidi, ini kan justru mendorong inflasi. Jangan ada kebijakan yang sama seperti itu, karena akan lebih menekan masyarakat menengah ke bawah, justru malah meningkatkan kemiskinan,” kata Faisal.

Dia mengingatkan perlunya upaya mendorong efisiensi dan mengurangi kebocoran yang terjadi dalam belanja anggaran pemerintah. Agar pelaksanaan belanja menjadi lebih efisien dan tepat sasaran. “Jadi jangan mengalokasikan dana yang besar tapi efektivitasnya rendah, karena banyak tidak efisien dalam implementasinya,” kata Faisal.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button