Market

Ekonom Sindir Pernyataan Menteri Ekonomi Soal Resesi Jangan Lebai

Ekonom Universitas Jember (Unej), Adhitya Wardhono sepakat agar pernyataan para menteri ekonomi jangan berlebihan alias lebai terkait resesi global.

Kalau berlebihan malah berdampak negatif karena masyarakat menjadi resah. “Resesi perlu diwaspadai, tetapi jangan terlalu didramatisasi. Tentunya optimisme dan komunikasi kebijakan yang baik diperlukan guna menjaga ekspektasi masyarakat,” kata Adhitya di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Sabtu (12/11/2022).

Menurutnya, pemberitaan terkait resesi ekonomi global, sifatnya harus objektif dan perlu dikaji secara hati-hati. Alasannya, perbandingan antara kondisi perekonomian global dan dalam negeri perlu diterangkan secara lugas.

“Hal itu untuk menghindari asimetris informasi serta ketakutan masyarakat yang berlebihan atas resesi ekonomi yang diprediksi terjadi pada tahun 2023,” tutur Adhitya.

Ia menjelaskan, sinergi kebijakan menjadi kunci dari stabilitas perekonomian yang diwujudkan melalui bauran kebijakan nasional yang akomodatif.

“Sejalan dengan bauran kebijakan nasional, bauran kebijakan Bank Indonesia pada 2023 harus terus mendorong pemulihan ekonomi nasional dan menjaga stabilitas,” ucap pakar moneter Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unej itu.

Hal tersebut antara lain dilakukan dengan didukung stabilisasi nilai tukar rupiah, kebijakan makroprudensial akomodatif, dan percepatan digitalisasi sistem pembayaran.

Adhitya mengatakan intinya arah kebijakan moneter difokuskan untuk menjaga stabilitas pro-stability, baik pencapaian sasaran inflasi, stabilitas nilai tukar, maupun stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan di tengah proses pemulihan ekonomi nasional.

“Meski dalam hal ini juga secara paralel BI memiliki kebijakan lainnya yang diarahkan untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional pro-growth,” ujar Adhitya.

Terlepas dari kenaikan isu ancaman resesi global, lanjut dia, bahan dapur ekonomi domestik masih cukup memadai karena di sektor rill, konsumsi masyarakat masih berada pada tren yang positif.

“Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada pada level 117,2 pada bulan September atau berada di zona optimistis. Dari sisi produksi juga berada pada jalur ekspansif. Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur yang pada Agustus 2022 mencapai level 53,7,” kata Adhitya.

Begitu juga di sektor keuangan memperlihatkan kinerja yang tetap impresif. Sistem keuangan Indonesia relatif kuat dengan terjaganya sisi permodalan dan likuiditas perbankan.

Asal tahu saja, Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat dikritik karena dinilai rajin melontarkan narasi resesi global ke publik. Seolah-olah, perekonomian Indonesia terimbas resesi global cukup dalam pada tahun depan. Tentu saja, pernyataan Sri Mulyani itu, memberikan efek negatif terhadap masyarakat khususnya pelaku pasar.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button