Market

Ekonomi Dunia Nyungsep, IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Bulan Depan

Bulan depan, lembaga Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) diperkirakan akan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2022.

Kemungkinan itu disampaikan juru bicara IMF, Gerry Rice dikutip Jumat (10/6/2022), mengikuti langkah Bank Dunia dan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) yang lebih dulu memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada minggu ini. .

Mungkin anda suka

Kalau benar terjadi, tiga kali IMF merevisi angka proyeksinya di tahun ini. Pada April, IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada 2022 dan 2023, menjadi 3,6 persen.

Rice mengatakan, pada briefing reguler IMF, prospek keseluruhan masih menyerukan pertumbuhan di seluruh dunia, meskipun pada tingkat yang lebih lambat, tetapi beberapa negara mungkin menghadapi resesi.

“Jelas sejumlah perkembangan telah terjadi yang dapat membuat kami merevisi lebih jauh. Begitu banyak yang telah terjadi dan (sedang) terjadi dengan sangat cepat sejak terakhir kali kami datang dengan perkiraan kami,” paparnya.

Kapan angka ramalan IMF untuk pertumbuhan ekonomi dunia meluncur? Rice menyebut, pembaruan untuk prospek ekonomi dunia bakal dirilis pertengahan Juli 2022.

Pada Selasa (7/6/2022), Bank Dunia memangkas perkiraan pertumbuhan global pada 2022, hampir sepertiga menjadi 2,9 persen. Penurunan ini merupakan dampak dari invasi Rusia ke Ukraina serta pandemi COVID-19. Meningkatnya resiko stagflasi tampaknya bakal memperkeruh perekonomian dunia.

Sehari kemudian, OECD memangkas perkiraannya sebesar 1,5 poin persentase menjadi 3,0 persen. Meskipun begitu, OECD menyebut ekonomi global harus mewaspadai serangan stagflasi seperti era 1970-an.

Rice kembali membeberkan, penurunan angka pertumbuhan ekonomi 2022, disebabkan perang yang berkelanjutan di Ukraina, melonjaknya harga komoditas, kenaikan harga pangan dan energi, serta perlambatan ekonomi di China.

Di mana, banyak kalangan salah dalam memperkirakan penurunan ekonomi China yang ternyata lebih parah. Masalah yang tak kalah seriusnya adalah kenaikan suku bunga di sejumlah negara maju. “Kami melihat pertemuan krisis ini, kombinasi dari semua hal ini menuju ke arah yang sama dari risiko penurunan yang terwujud,” katanya. [ikh]

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button