Ekonomi Saat Prabowo-Gibran Berkuasa Hadapi ‘Triple Horror’


Perekonomian sejumlah negara maju mengalami 3 masalah serius yang berdampak buruk bagi negara berkembang, termasuk Indonesia. Tantangan berat Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Ekonom Universitas Paramadina, Handi Risza mengatakan, saat ini, dunia dihantui tiga permasalahan utama. Dia menyebutnya ‘triple horror’ yakni inflasi tinggi, suku bunga tinggi, dan pertumbuhan ekonomi yang melambat.

“Diperkirakan kondisi tersebut akan berlangsung lama, bahkan akan berdampak pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Perekonomian nasional diprediksi juga mengalami perlambatan,” papar Handi, Jakarta, dikutip Selasa (28/5/2024)..

Amerika Serikat dan Eropa, misalnya, tingkat inflasi masih tinggi. Hal ini memicu bank sentral AS (The Fed) dan Eropa menerapkan kebijakan moneter yang ketat, dengan menaikkan tingkat suku bunga.

Sementara itu, The Fed dan bank sentral Eropa sudah menaikkan tingkat suku bunga beberapa kali dan tertinggi dalam beberapa dekade terakhir. “Imbasnya adalah terjadi capital flight (pelarian modal) dari negara emerging market (pasar negara berkembang) ke AS dan Eropa,” ungkapnya.

“Dengan kondisi global seperti sekarang ini, semua komponen bangsa harus bangkit mengatasi turbulensi ekonomi global, kemudian menyatupadukan gerak dan langkah menuju Indonesia maju serta turut serta menyejahterakan dan memakmurkan rakyat Indonesia tanpa kecuali,” imbuhnya.

Kepala Center of Digital Economy and SMEs Indef, Eisha Maghfiruha Rachbini mengatakan, negara ekonomi maju mengalami penguatan ekonomi sebesar 1,7 persen, sedangkan negara berkembang justru sebaliknya. Mengalami pelemahan ekonomi yang hanya tumbuh  4,2 persen.

Sebut saja, ekonomi Amerika Serikat (AS), diprediksi menguat 2,7 persen pada tahun ini. Naik ketimbang 2023 yang bertumbuh 2,5 persen (yoy). “Pemerintah AS berusaha keras menurunkan inflasi. Dan, suku bunga AS diproyeksi turun pada pertengahan tahun ini,” kata Esha.

Berikutnya, lanjut Eisha, terjadi pelemahan nilai tukar mata uang di negara berkembang akibat penguatan dolar AS. Ini berisiko potensial, termasuk penundaan dalam pemangkasan suku bunga AS, US treasury yield (imbal hasil obligasi pemerintah AS) tinggi, dan eskalasi geopolitik global perlu terus dicermati.

Ekonomi Indonesia, lanjut Eisha tumbuh 5,1 persen di kuartal I-2024, capaian tertinggi untuk triwulan pertama dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Namun, pertumbuhan itu terutama didorong Ramadan dan konsumsi pemerintah. Paling utama adalah belanja pemerintah untuk bantuan sosial dan pemilu.

“sangat disayangkan, ekonomi domestik belum bisa didorong oleh kegiatan sisi produksi yang maksimal. Oleh karena itu, program pemerintah baru oleh elected president (presiden terpilih) menjadi fokus penting dari serangkaian program yang dicanangkan oleh pemenang Pilpres 2024,” paparnya.

Pandangan senada disampaikan ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, saat ini, perekonomian global sedang tidak bersahabat bagi Indonesia.

“Untuk itu, perlu kemauan kuat dan rencana tepat dari pemerintahan baru. Namun, disadari “kaki-kaki yang dimiliki demikian lemah” dengan gambaran fundamental ekonomi yang agak memprihatinkan,” papar Wijayanto.

Dia berharap, pemerintahan Prabowo-Gibran mampu memperkuat ‘kaki-kaki’ itu. Caranya dengan memperkokoh kolaborasi, memperbaiki konsistensi kebijakan, memperkuat penegakan hukum, dan reindustrialisasi.