Persepsi pemilik duit besar atau investor terhadap perekonomian Indonesia, memang tidak baik-baik saja. Alhasil, mereka banyak yang menarik duit yang diinvestasikannya dari pasar keuangan Indonesia.
Selaras dengan catatan Bank Indonesia (BI), arus keluar dana asing atau capital outflow periode 8-10 April 2025, mencapai Rp 24,04 triliun.
Dana asing yang keluar tersebut berasal dari penjualan neto di pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp10,47 triliun. Disusul dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp7,84 triliun dan pasar saham sebesar Rp5,73 triliun.
“Data transaksi pada 8 April hingga 10 April 2025 secara agregat nonresiden tercatat jual neto Rp24,04 triliun,” ucap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Deni Prakoso, Jakarta, dikutip Senin (14/4/2025).
Berdasarkan data setelmen tersebut, aliran modal asing masuk ke SRBI sebesar Rp7,11 triliun sementara aliran modal asing masuk ke SBN sebesar Rp13,05 triliun.
Sementara itu di pasar saham, sepanjang tahun berjalan total dana asing yang keluar, mencapai Rp34,48 triliun.
Keluarnya dana asing tersebut mendorong kenaikan premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun, yang mencerminkan persepsi risiko investasi.
Per 10 April 2025, premi CDS naik menjadi 113,35 basis poin (bps), meningkat dibandingkan posisi 4 April 2025 yang sebesar 105,75 bps.
Imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun mengalami penurunan ke level 7,026 persen per 10 April 2025. Di sisi lain, yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury Note) tenor 10 tahun justru mengalami kenaikan, mencapai 4,425 persen.