Pesepakbola Belanda Anwar El Ghazi berjanji menyumbangkan 500.000 euro atau sekitar Rp8,6 miliar kepada anak-anak di Gaza. Jumlah ini merupakan sepertiga dari pembayaran dari Mainz 05 yang memberhentikannya gara-gara mendukung Palestina.
Klub Bundesliga itu menskors pemain tersebut terkait unggahan di media sosial yang menunjukkan dukungannya terhadap Gaza pada Oktober, ketika Hamas melancarkan serangan mendadak ke Israel selatan, kemudian diikuti aksi Israel melancarkan serangan dahsyat ke Gaza, hingga menewaskan lebih dari 40.000 orang. Klub itu mengakhiri kontrak El Ghazi pada bulan berikutnya akibat unggahan di medsos tersebut.
Pengadilan Jerman memutuskan bulan lalu bahwa kontraknya dihentikan secara tidak sah. El Ghazi, yang menandatangani kontrak dengan klub juara Cardiff City bulan ini, memiliki kontrak dengan Mainz hingga 2025.
Putusan Pengadilan Perburuhan memerintahkan Mainz untuk membayar gajinya selama sembilan bulan terakhir, yang totalnya mencapai 1,7 juta euro (sekitar Rp29 miliar). El Ghazi mengatakan kepada Athletic bahwa ia telah menerima pembayaran sebesar 1,5 juta euro (Rp25,8 miliar) dari Mainz terkait pemecatannya.
Pada hari Jumat (23/8/2024), El Ghazi menulis di media sosial: “Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Mainz atas dua hal. Pertama, atas bantuan finansial yang besar, 500 ribu di antaranya akan digunakan untuk mendanai proyek-proyek bagi anak-anak di Gaza.”
“Saya berharap Mainz, meskipun mereka berulang kali gagal untuk menghindari pembayaran yang jatuh tempo, mendapatkan penghiburan dari pengetahuan bahwa mereka telah, melalui saya, berkontribusi secara finansial dalam mencoba membuat hidup sedikit lebih baik bagi anak-anak Gaza. Kedua, dalam upaya membungkam saya, membuat suara saya lebih keras lagi untuk mereka yang tertindas dan tak bersuara di Gaza,” ujarnya.
Pada tahun 2014, pemain timnas Jerman Mesut Ozil menyumbangkan bonus kemenangan Piala Dunianya untuk warga Palestina di Gaza. Sejumlah laporan menyebutkan Ozil siap menyerahkan bonus sebesar £237.000 bonus dari final dan juga £118.000 dari semifinal Piala Dunia 2014 untuk Gaza. Nilainya setara dengan Rp6,1 miliar.
Tak Takut Kehilangan Pekerjaan
Mainz marah dengan sikap El Ghazi. Meskipun peringatan pertama sudah diberikan namun El Ghazi tak berhenti menyuarakan dukungan untuk Palestina. Ia mengaku tak khawatir mendapat sanksi berat. Pemain 28 tahun ini bahkan tak takut pekerjaannya hilang karena sikap tegas ini.
“Pertahankan yang benar, meskipun itu artinya berdiri sendirian,” tulis pemain itu. “Hilangnya mata pencaharian saya tidak ada artinya jika dibandingkan dengan penderitaan yang menimpa orang-orang tak bersalah dan rentan di Gaza. Hentikan pembunuhan.”
Pemain kelahiran 3 Mei 1995 ini besar di kota kecil Barendrecht dan mulai menekuni sepak bola pada 2000 atau saat usianya lima tahun. Ia masuk akademi sepak bola BVV Barendrecht. Setelah enam tahun, El Ghazi pindah ke akademi Feyenoord. Dua tahun berselang ia diminta bergabung Spartaan 20 lantas ke Sparta Rotterdam setahun berikutnya, dan mendapat kontrak dari Ajax pada 2013 atau saat usianya 16 tahun.
Sebelum dikontrak Ajax, El Ghazi sudah membela tim nasional Belanda U-17 pada 2011. Ia juga masuk skuad U-18 pada 2012 hingga 2013, kemudian U-21 pada 2014 hingga 2014. El Ghazi debut profesional bersama Ajax pada Juli 2013. Pemain berposisi winger atau striker ini tampil mentereng bersama Ajax sehingga menarik minat klub Prancis, Lille.
Dua tahun bersama Lille, El Ghazi dipinjamkan ke klub Inggris, Aston Villa pada 2018. Semusim dipinjam, Villa menawarkan kontrak permanen pada awal musim 2019/2020. Sempat dipinjamkan ke Everton pada 2022, El Ghazi akhirnya kembali ke Belanda, ke PSV pada musim 2022/2023. Tak sampai semusim, tawaran dari klub Jerman Mainz datang yang berakhir dengan pemecatan.