News

Empat Perempuan Asal Sukabumi Dijual ke Papua Seharga Rp80 Juta per Orang

Empat perempuan asal Sukabumi, Jawa Barat dipaksa melayani pria hidung belang di Papua yang sebelumnya dijual seharga Rp80 juta per orang.

Perempuan berinisial SA (15), IA (18), NS (18) dan AN (25) asal Palabuhanratu ini telah menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO). Mereka dijual ke Papua untuk dijadikan pekerja seks komersil (PSK).

Kasus ini dibongkar oleh Polres Sukabumi yang telah mengamankan tersangka berinisial DR (37) salah satu jaringan perdagangan manusia. Tersangka DR adalah agen pencari kerja yang bertugas mencari perempuan muda di Palabuhanratu.

“Terbongkarnya kasus TPPO ini berkat kerja sama Polres Sukabumi dengan Polres Paniai, Papua, yang juga telah menangkap dua tersangka jaringan pedagangan orang dengan inisial I dan HK,” kata Kapolres Sukabumi AKBP Dedy Darmawansyah.

Dirinya menceritakan, keempat perempuan muda itu direkrut oleh DR untuk dipekerjakan di sebuah kafe milik I di Papua. Tanpa diketahui, ternyata I menjual para pempuan itu ke HK dengan harga Rp80 juta per orang untuk dijadikan PSK di Paniai, Papua.

“DR masuk dalam jaringan TPPO setelah diminta mantan rekan kerjanya saat bekerja di Papua. Tersangka tergiur dengan komisi Rp1 juta per orang jika berhasil merekrut calon tenaga kerja yang akan diperkerjakan ke Papua,” jelasnya.

DR pun menyanggupi dan mengirimkan empat korban tersebut ke Papua pada Oktober 2021. Saat di Papua, keempat korban ternyata tidak diperkerjakan secara layak, tetapi malah dijual untuk melayani pria hidung belang. Parahnya lagi, mereka tidak diperbolehkan pulang ke kampung halamannya di Palabuhanratu.

Tersangka dijerat Pasal 2 ayat (1), (2) dan/atau Pasal 6 dan/atau Pasal 10 dan/atau Pasal 11 UU RI Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dengan ancaman hukuman kurungan penjara tiga hingga 15 tahun.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Anton Hartono

Jurnalis yang terus belajar, pesepakbola yang suka memberi umpan, dan pecinta alam yang berusaha alim.
Back to top button