Hangout

Entong Gendut, Jawara Asal Condet yang Kini Jadi Nama Jalan

Senin, 20 Jun 2022 – 17:01 WIB

entong gendut condet

Entong Gendut menjadi nama jalan di kawasan Condet, Jakarta Timur (foto ilustrasi LPM Progress)

“Aye gedruk tanah, maka ini tanah bakal jadi laut!” ujar Entong Gendut yang geram terhadap Belanda, ketika para petani di Condet dipaksa untuk membayar pajak. Terlebih lagi, pemerintah kolonial saat itu hanya memikirkan keuntungan pribadi dengan menaikkan pungutan pajak sesuka hati.

Kondisi tersebut memunculkan nama Entong Gendut menjadi buronan bagi tentara Belanda pada tahun 1916 silam, karena dianggap sebagai pengacau. Bahkan Belanda juga sempat mengepung kediamannya yang berada di wilayah Condet.

Kemudian Entong Gendut bersama 200 pengikutnya melakukan perlawanan dan berhasil menawan Wedana Meester Cornelis. Itu adalah penggalan cerita yang dituliskan dalam buku Maen Pukulan: Pencak Silat Khas Betawi (2016) yang ditulis oleh G.J. Nawi.

Hari ini, Senin (20/6/2022) nama Entong Gendut kembali muncul dan diabadikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai nama jalan di kawasan Condet, Kelurahan Batu Ampar, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur tepatnya persimpangan Jalan Batu Ampar I hingga titik akhir persimpangan Jalan Raya Condet.

Jika sebelumnya jagoan di tanah Betawi ada Si Pitung yang namanya sudah lebih dulu melegenda karena kerap menolong rakyat miskin melawan Belanda, tak berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Entong Gendut semasa hidupnya.

Haji Entong Gendut dikenal sebagai pahlawan bagi masyarakat Condet, Jakarta Timur. Diketahui, kawasan Condet terbagi atas beberapa kelurahan yang ada di Kecamatan Kramat Jati di antaranya Kelurahan Batu Ampar, Balekambang, dan Gedong.

Dari berbagai informasi yang dihimpun, Entong Gendut berjuang melawan Belanda lantaran geram melihat kaum pribumi selalu dipaksa untuk membayar pajak sebesar 2,5 persen.

Angka tersebut dinilai tidak sedikit karena harga beras pada saat itu (sekitar tahun 1916) sebesar 4 sen per kilogram. Sementara bagi rakyat Condet yang tidak mampu membayar harus menjalani hukuman kerja paksa.

Melihat rakyat di sekitarnya tertindas, membuat Entong Gendut geram dan melakukan perlawanan terhadap Belanda. Karena keberaniannya, rakyat Condet pun banyak yang bergabung untuk menjadi pengikut Entong Gendut.

Namun akhirnya pada 10 April 1916, perjuangan Entong Gendut terhenti, jawara asal tanah Betawi itu gugur diberondong tembakan oleh tentara Belanda saat melintasi sungai di kawasan Condet.

Dari beberapa sumber menyatakan jenazah Entong Gendut dibawa oleh tentara Belanda dan diceburkan ke laut. Sementara sumber lain menyebutkan usai ditembak, Entong Gendut sempat dibawa ke rumah sakit namun nyawanya tidak tertolong.

Meski tidak ada yang tahu keberadaan makamnya, namun nama Haji Entong Gendut tetap membekas bagi masyarakat Condet. Kepergian Entong Gendut meninggalkan sebuah pantun yang tak lekang oleh waktu bagi masyarakat Condet hingga kini.

Ular kadut mati di kobak

Burung betet makanin laron

Entong Gendut mati ditembak

Orang Condet pada buron.

Bagi Belanda, Entong Gendut adalah seorang pengacau. Tapi bagi rakyat Betawi, Entong Gendut adalah pahlawan yang selalu setia membela rakyatnya.

Nama Entong Gendut selalu ada di hati rakyat Condet yang merindukan keberaniannya melawan Belanda. Terlebih saat ia mengancam kompeni Belanda dengan teriakan, “Aye gedruk tanah, maka ini tanah bakal jadi laut!”

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button