Fadil Imran Targetkan Indonesia Bawa Pulang Piala Sudirman 2027, Pemain Muda Jadi Andalan


Ketua Umum PBSI, Komjen Pol M. Fadil Imran, menargetkan Indonesia merebut kembali supremasi bulu tangkis dunia, termasuk membawa pulang Piala Sudirman 2027. Target ini ia sampaikan usai melihat performa menjanjikan pemain muda di ajang Piala Sudirman 2025.

Dalam roadmap kepemimpinannya yang dipaparkan pada Kongres PBSI di Surabaya, Fadil menyebut Olimpiade Los Angeles 2028 sebagai tujuan utama, namun menegaskan bahwa prestasi di turnamen beregu seperti Piala Sudirman, Thomas, dan Uber juga tak kalah penting.

“Target utama kami tetap Olimpiade Los Angeles 2028. Tapi di saat yang sama, kami ingin meraih hasil terbaik di turnamen beregu dunia maupun Asia,” ujar Fadil di Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (7/5/2025).

Fadil menyoroti semangat juang para pemain muda Indonesia di Piala Sudirman 2025 sebagai sinyal regenerasi yang menjanjikan. Meski tidak diperkuat pemain-pemain senior seperti Anthony Ginting dan Gregoria Mariska, tim Indonesia berhasil meraih medali perunggu.

“Dengan kombinasi pemain muda, semangat juang dan mental bertanding mereka sudah mulai terbentuk. Mudah-mudahan di Piala Thomas dan Uber 2026, serta Piala Sudirman 2027, kita bisa membawa pulang gelar,” ujarnya.

Fadil pun berharap proses pembinaan berjalan konsisten dan seluruh elemen tim dalam kondisi terbaik untuk menjawab ekspektasi publik.

“Doakan anak-anak tetap sehat, tidak cedera, dan pelatih bisa bekerja terukur. Semoga mimpi kita membawa pulang Piala Sudirman dan menambah gelar Thomas Cup, bahkan Uber Cup bisa masuk final, bisa terwujud,” kata Fadil.

Senada dengan itu, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Eng Hian, turut menyampaikan apresiasi terhadap performa tim muda Indonesia di edisi 2025.

“Meski belum lolos ke final, tim ini sudah menunjukkan semangat luar biasa. Saya berharap dua tahun lagi, merekalah yang membawa pulang Piala Sudirman ke Indonesia,” kata Eng Hian dalam keterangan resmi PBSI, Senin (5/5/2025).

Eng Hian menambahkan, absennya sejumlah pemain inti justru menjadi peluang emas bagi pemain pelapis untuk unjuk kemampuan. Momen ini diyakini menjadi fondasi penting dalam proses regenerasi tim nasional.