News

Fadli Zon Sentil Luhut lewat Puisi, Sebut Pendusta Big Data

Anggota Komisi I DPR, Fadli Zon mencuitkan puisi melalui laman @fadlizon, pada Rabu (13/4/2022) yang diberi judul Brutus. Puisi tersebut ditulis pada 11 April bertepatan dengan aksi mahasiswa di Gedung DPR yang diantaranya menolak penundaan pemilu.

Puisi Brutus terdiri atas dua bait. Menyinggung kondisi Indonesia yang semakin berantakan pada bait pertama, dan menyebut adanya pejabat yang berdusta dengan big data demi kuasa pada bait selanjutnya.

Pandai berdusta dengan big data, apapun dilakukan demi kuasa,” petikan puisi Fadli.

Sosok pendusta dengan big data menandakan Fadli tengah menyentil Menko Marves Luhut B Pandjaitan,  yang menjadi sasaran tembak publik lantaran mendorong wacana penundaan pemilu. Luhut menjadikan dalih big data yang diklaim berisi dukungan penundaan pemilu dari 110 juta warganet.

Fadli juga menyentil kinerja Luhut selaku Menko Marves karena investasi yang dijanjikan bakal dinikmati rakyat hanya sebatas janji. “Investasi gembar gembor tinggal janji, tipu muslihat merampok hasil bumi,” cuit eks Wakil Ketua DPR ini.

Puisi Fadli Zon
Fadli Zon mencuitkan puisi yang berjudul Brutus. Foto: Twitter @Fadlizon

Luhut sempat disambut demonstrasi mahasiswa UI mendatangi kampus Depok, Selasa (12/4/2022). Ditantang mahasiswa untuk membuka big data tersebut Luhut malah meminta mereka untuk belajar berdemokrasi.

“Dengerin kan saya punya hak juga untuk tidak meng-share sama kalian. Kenapa harus ribut? kamu harus belajar demokrasi ke depan,” jawab Luhut.

Hingga kini klaim big data Luhut masihlah misteri. Tidak jelas bagaimana metodologi pengumpulan datanya dan tidak pernah dibuka pula kepada publik sebagai hasil ilmiah yang bisa diuji.

Menurut pengamat politik Ujang Komarudin, Luhut sudah layak dicopot Presiden Jokowi karena telah menyuarakan penundaan pemilu. Namun dia meragukan hal itu bakal terjadi karena Jokowi belakangan mempercayakan Luhut menjabat Ketua Dewan SDA.

“Luhut layak di-reshuffle karena banyak menggalang penundaan pemilu, namun, apakah Presiden Jokowi berani?” ujar Ujang.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button