Faisal Basri, “Socrates Zaman Ini” yang Membuat Kita Kehilangan


Faisal adalah inspirasi bagi banyak akademisi dan mahasiswa yang belajar darinya bahwa menjadi intelektual bukan hanya soal menguasai ilmu, tetapi juga soal keberanian untuk mempertahankan kebenaran.

 

Hari ini, Kamis (4/8/2024), bangsa ini kehilangan seorang pemikir besar, seorang ekonom dengan jiwa kemanusiaan yang mendalam—Faisal Basri. Sosok yang layak dijuluki “Socrates Zaman Ini” karena kritiknya yang tajam dan menyentuh hati nurani.

Dalam kehidupan dan karyanya, Faisal tidak hanya hidup sebagai intelektual, tetapi juga menghidupkan masyarakat dengan kepeduliannya yang tulus terhadap keadilan sosial dan ekonomi. Kehilangannya adalah kehilangan besar bagi kita semua, terutama bagi mereka yang selalu merindukan keadilan dan kebijakan yang berpihak pada rakyat.

 

Hidup untuk masyarakat

Faisal Basri, lahir pada 6 November 1959, adalah seorang ekonom yang sejak muda telah menunjukkan kecintaannya pada ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Lahir dalam keluarga yang kaya akan nilai-nilai intelektual, ia tumbuh menjadi pribadi yang kritis dan peduli terhadap nasib sesama. Sejak awal kariernya sebagai dosen di Universitas Indonesia, Faisal dikenal sebagai sosok yang sederhana dan penuh empati. 

Almarhum Faisal Basri tidak hanya mengajarkan teori ekonomi di kelas, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral dan kemanusiaan kepada murid-muridnya. Seperti Paolo Freire, Faisal percaya bahwa pendidikan tidak hanya soal transfer pengetahuan, tetapi juga bagaimana membentuk karakter yang kuat dan integritas yang tinggi.

Kepedulian Faisal terhadap pendidikan generasi muda mencerminkan keyakinannya bahwa perubahan harus dimulai dari yang paling dasar—pendidikan yang membangun karakter. Melalui berbagai kesempatan, ia selalu mendorong mahasiswanya untuk berpikir kritis dan tidak takut menyuarakan pendapat, sekalipun itu berseberangan dengan arus utama. Faisal adalah inspirasi bagi banyak akademisi dan mahasiswa yang belajar darinya bahwa menjadi intelektual bukan hanya soal menguasai ilmu, tetapi juga soal keberanian untuk mempertahankan kebenaran.

 

Kritik, pembuka mata

Sebagai seorang pengamat ekonomi, Faisal Basri tidak pernah ragu untuk mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggapnya tidak adil. Salah satu kritiknya yang paling terkenal adalah terhadap proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Menurut Faisal, proyek ini hanya akan balik modal dalam 139 tahun—waktu yang sangat lama untuk sebuah investasi besar yang seharusnya memberikan manfaat lebih cepat bagi masyarakat. Kritik ini menunjukkan betapa tajam dan jernih pandangan Faisal terhadap kebijakan pembangunan infrastruktur yang mengabaikan kepentingan ekonomi jangka panjang rakyat​.

Selain itu, Faisal juga lantang mengkritik kebijakan hilirisasi nikel yang dijalankan pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi. Baginya, kebijakan ini lebih menguntungkan China daripada Indonesia, dan tidak memberikan dampak signifikan pada pendalaman struktur industri nasional. Produk olahan nikel yang diekspor sebagian besar masih dalam bentuk produk setengah jadi, yang kemudian diolah lebih lanjut di China untuk memperoleh nilai tambah yang jauh lebih tinggi, sebelum akhirnya diekspor kembali ke Indonesia sebagai produk jadi dengan harga yang jauh lebih mahal. 

Faisal selalu mengingatkan bahwa pembangunan tidak boleh hanya dilihat dari angka-angka makroekonomi, tetapi juga dari seberapa jauh kebijakan tersebut mampu mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup rakyat. 

Faisal tidak hanya mengkritik pemerintah saat ini, tetapi juga memberikan pandangan kritisnya sejak era Orde Baru hingga era Reformasi. Ia adalah suara yang tidak pernah bungkam ketika melihat ketidakadilan. Baginya, kebijakan ekonomi harus selalu berpihak pada rakyat kecil, bukan hanya menguntungkan segelintir elit atau korporasi besar. “Ekonomi yang baik adalah ekonomi yang memberikan ruang bagi semua, bukan hanya untuk segelintir orang,” adalah salah satu kutipan yang sering diucapkannya, mencerminkan keyakinannya bahwa kesejahteraan harus dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

 

Ibrah kita semua 

Di luar aktivitas akademik dan kritik sosialnya, Faisal Basri juga aktif dalam berbagai gerakan sosial. Dia terlibat dalam pendirian berbagai organisasi nirlaba yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat kecil, seperti Yayasan Harkat Bangsa dan Global Rescue Network. 

Keterlibatannya itu menunjukkan dedikasi Faisal untuk memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan masyarakat yang kurang beruntung. Baginya, ilmu pengetahuan dan pemikiran harus membawa manfaat bagi orang banyak, dan itu ia tunjukkan melalui berbagai kiprah sosial yang dilakukannya sepanjang hidupnya.

Kepergiannya mengingatkan kita pada hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi, “Cukuplah kematian sebagai nasihat.” Faisal Basri telah meninggalkan kita dengan banyak nasihat, baik melalui kata-katanya yang tajam maupun tindakannya yang penuh kasih. 

Sesaat mata saya tertumbuk berita kematian almarhum, pagi ini saya segera teringatkan sebuah sajak tulisan alm Ama Endang Saefudin Anshari.  “… Ada yang jatuh tersungkur sebagai syahid. Ruhnya yang harum dijemput Malakal Maut, lantas disambut para malaikat lainnya, mengarak mengarah Allah. Sementara jasadnya yang wangi dipeluk mesra bumi ini. Langit berlinang. Menunduk duka. Butir-butir airmatanya menyirami pusara….”

Kita sepakat, Faisal Basri bukan hanya seorang ekonom. Melampaui itu, ia seorang humanis sejati. Ia hidup dengan prinsip-prinsip yang ia yakini, dan ia meninggalkan warisan yang tak ternilai bagi bangsa ini. Kritik-kritiknya mungkin sering kali dianggap tajam dan keras, tetapi semuanya didasarkan pada cinta yang mendalam untuk melihat Indonesia menjadi negara yang lebih adil, makmur, dan berdaya saing.

Warisan Faisal akan terus hidup dalam setiap tindakan kecil yang mengupayakan keadilan dan kesejahteraan bersama. Ia adalah contoh nyata dari seorang intelektual yang tidak hanya berpikir tentang teori, tetapi juga peduli pada implementasi dan dampak nyata dari kebijakan ekonomi terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat. Dan kini, kita yang ditinggalkan harus menjaga api semangat itu tetap menyala, demi masa depan yang lebih adil dan manusiawi. Semoga ruhnya diterima di sisi Allah, dan warisannya terus menginspirasi kita untuk bekerja lebih keras demi kesejahteraan bersama. [  ]