Hangout

Fakta Menarik Pulau Terpadat di Indonesia, Pulau Bungin

Pulau Bungin merupakan pulau terpadat di Indonesia yang berada di Sulawesi Selatan. Jika Pulau Sulawesi terkenal dengan pemandangan laut yang sangat indah, di Pulau Bungin anda hanya bisa melihat pemukiman warga yang sangat padat.

Pemandangan yang berbeda inilah yang membuat Pulau Bungin menjadi salah satu destinasi wisata Sulawesi Selatan yang tidak boleh dilewatkan. 

Ini dia 7 fakta kehidupan menarik yang hanya terjadi di pulau terpadat Indonesia, Pulau Bungin. 

1. Pulau Terpadat di Indonesia

Pulau Bungin merupakan pulau terpadat di Indonesia - inilah.com
Photo: iStockPhoto

Pulau Bungin yang berlokasi di Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa, Nusa tenggara Barat ini memiliki luas pulau sebesar 8,5 hektar.

Dahulu, pulau ini hanya hamparan pasir putih yang kemudian secara perlahan mulai dibangun pemukiman rumah di atas karang. 

Tercatat, sebanyak 900 kepala keluarga dengan lebih dari 3.000 penduduk mendiami pulau ini.

Luas pulau dan jumlah penduduk yang tinggal disinilah yang membuat Pulau Bungin mendapat gelar sebagai pulau terpadat di Indonesia dan dunia.

Salah satu alasan Pulau Bungin menjadi pulau terpadat karena masyarakat setempat memiliki keterikatan dengan tanah kelahiran. Sehingga hanya sebagian dari mereka yang hidup merantau di luar pulau.

Alasan yang kedua berhubungan dengan perekonomian. Untuk mempermudah produktivitas warga setempat, Pemerintah Provinsi NTB membangun infrastruktur untuk menghubungkan Pulau Bungin dengan pihak yang ada di luar pulau.

Pembangunan infrastruktur ini memang baik, namun tak sedikit pula masyarakat yang dari luar pulau melihat peluang untuk mencari peruntungan di pulau ini.

Akhirnya, masyarakat luar pulau mulai berdatangan dan menetap disini. Dampaknya, terjadilah maraknya perkawinan antara warga penduduk Pulau Bungin dengan penduduk luar yang mengakibatkan jumlah penduduk dan angka kelahiran meningkat.

Berdasarkan Tison Sihabudin, warga setempat kepada BBC, catatan pernikahan yang terjadi di pulau ini sebanyak 30 pasangan setiap tahunnya. 

Maka dari itu, satu rumah panggung di pulau ini dapat menampung dua hingga tiga kepala keluarga dalam satu rumah.

Fakta ironisnya, hampir semua hewan ternak yang hidup di pulau ini sering mengkonsumsi sampah-sampah karena tidak ada lahan hijau yang bisa dijadikan pakan untuk hewan-hewan tersebut.

2. Tidak Memiliki Pesisir Pantai

Pulau Bungin tidak memiliki pesisir pantai - inilah.com
Photo: iStockPhoto

Lokasi desa ini memang berada di atas pulau. Namun wisatawan atau pengunjung yang berkunjung ke desa ini tidak akan bisa melihat garis pantai maupun lahan hijau sejauh mata memandang.

Pemandangan yang bisa anda lihat hanyalah perkampungan padat penduduk dan rumah-rumah panggung yang berhimpit satu sama lain.

3. Terkenal dengan Wisata Kuliner Seafood

Pulau Bungin memang tidak memiliki pemandangan pesisir pantai yang indah. Namun wisatawan dapat menikmati wisata kuliner seafood dengan cita rasa khas Desa Bungin yang gurih dan asin.

Untuk menarik wisatawan, warga setempat membangun tempat pemancingan atau penangkaran ikan atau lobster khusus untuk wisatawan.

Wisatawan yang berhasil memancing hasil laut di penangkaran tersebut bisa menyantap hasil tangkapannya di resto apung milik warga setempat.

Selain memasak hasil tangkapan wisatawan, Resto Apung Bungin juga memiliki beragam jenis menu seafood yang lezat. Salah satu menu andalan mereka adalah Kerang Saori dengan bumbu yang khas. 

Selain menikmati hidangan seafood yang lezat, wisatawan bisa menikmati pemandangan laut yang indah dari restoran ini.

4. Dihuni oleh Suku Bajo

Suku Bajo hidup di Pulau terpadat Indonesia - inilah.com
Photo: iStockPhoto

Mayoritas penghuni Pulau Bungin adalah Suku Bajo yang sudah menghuni sejak 200 tahun silam.

Berdasarkan wawancara dengan warga setempat yang dilakukan oleh BBC, kata “Bungin” dalam Bahasa Bajo berarti Gundukan Pasir Putih. 

5. 80 Persen Penduduknya adalah Nelayan

Hidup di tengah pulau yang dikelilingi lautan membuat 80 persen penduduk pulau ini berprofesi sebagai nelayan.

Maka dari itu, Suku Bajo dikenal sebagai pelaut ulung. Bahkan, anak-anak mereka sudah mahir menyelam dan berburu ikan di laut sembari membantu orang tuanya bekerja.

6. Rumah Dibangun dari Tumpukan Karang Laut Mati

Rumah panggung dari terumbu karang mati di Pulau Bungin - inilah.com
Photo: Lombok Info

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,pulau ini dulunya hanya gundukan pasir putih saja.

Ketika Suku Bajo datang ke tempat ini, mereka mulai membangun rumah panggung dengan menggunakan tumpukan karang laut mati sebagai pondasi. 

Tradisi ini masih berlanjut sampai sekarang. Tapi karena pertumbuhan populasi di pulau ini semakin meningkat, banyak masyarakat Bajo mulai menggunakan terumbu karang hidup sebagai pondasi rumah mereka.

Masyarakat generasi awal mulai menentang hal ini. Untuk tetap menjaga kelestarian dan ekosistem, masyarakat berinisiatif untuk melakukan reklamasi dengan pasir. Namun rencana itu tidak dilanjutkan karena adanya peraturan pemerintah yang melarang reklamasi.

7. Kental dengan Budaya dan Tradisi

Keunikan terakhir yang bisa anda saksikan saat berkunjung ke pulau terpadat di Indonesia ini adalah kelestarian budaya yang masih kental.

Salah satu ritual yang mungkin disaksikan secara langsung adalah Ritual Toyah.

Ritual Toyah merupakan upacara budaya Suku Bajo untuk memperkenalkan bayi yang baru lahir pada dunia bahari.

Dalam kegiatannya, bayi akan dipangku oleh tujuh perempuan secara bergantian yang duduk di atas ayunan.

Ayunan ini diibaratkan sebagai gelombang lautan yang akan dihadapi sang anak ketika besar saat menjadi pelaut atau nelayan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button