Biro Investigasi Federal AS atau FBI masih kesulitan mengungkap motif Thomas Matthew Crooks, pelaku penembakan terhadap Donald Trump.
Trump ditembak saat sedang berpidato dalam kampanye di Pennsylvania pada 13 Juli lalu. Imbas serangan ini, bagian telinga kanan calon presiden dari Partai Republik itu mengalami luka.
Sejak hari penembakan, FBI bekerja sama dengan lembaga terkait untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaku.
“FBI melakukan hampir 100 wawancara dengan personel penegak hukum [unit di Secret Service], peserta rapat umum, dan saksi lain,” demikian pernyataan FBI.
Organisasi keamanan nasional berbasis intelijen ini juga memeriksa ponsel, laptop, hingga media sosial milik Crooks. Namun, hingga kini belum dapat memastikan motif pelaku.
“Motif di balik penembakan itu sebagian besar masih menjadi misteri bagi polisi,” demikian laporan ABC News.
Penelusuran daring sejauh juga ini tidak mengungkap aktivitas yang mencurigakan. Crooks di media sosial justru tampak menunjukkan minat ke catur, video game, dan coding.
FBI juga menemukan rincian-rincian sebelum serangan yang tetap tak menggambarkan motif. Salah satunya, Crooks sempat mengunjungi klub menembak sehari sebelum insiden.
Crooks merupakan anggota Clairton Sportsmen’s Club, klub menembak di dekat rumahnya di Bethel Park, Pennsylvania.
Keesokan harinya, dia pergi ke toko perangkat keras Home Depot untuk membeli tangga sepanjang 1,5 meter. Crooks juga ke toko senjata dan membeli 50 butir amunisi.
Sumber yang dekat dengan Crooks mengatakan dia meminta libur di hari Sabtu karena ada sesuatu yang harus dilakukan, hari saat kampanye Trump digelar.
Crooks lalu berkendara ke lokasi kampanye Trump memakai mobil.
Di dalam mobil, menurut penyidik, terdapat alat peledak rakitan yang dihubungkan ke pemancar.
Crooks dilaporkan tiba tiga jam sebelum beraksi. Kedatangannya sempat menimbulkan kecurigaan pihak keamanan karena membawa alat ukur jarak elektronik atau rangefinder.
Crooks lalu melancarkan aksinya. Dari video yang beredar, terdengar tembakan berkali-kali. Tak lama kemudian, personel Secret Service pun bergegas melumpuhkan pemuda 20 tahun itu.