Muhammad Anwar, Peneliti dari Institute for Demographic and Affluence Studies (IDEAS), memperingatkan fenomena orang kaya Indonesia yang memindahkan dananya ke luar negeri bukanlah sekadar dinamika biasa dalam dunia keuangan nasional. Namun ini kondisi sangat serius yang mencerminkan sejumlah persoalan mendalam yang perlu segera direspons oleh pemerintah.
Pertama, arus keluar dana dalam jumlah besar dari kalangan elit ekonomi memperlihatkan adanya erosi kepercayaan terhadap arah kebijakan pemerintah. Ketika kelompok kaya mulai kehilangan keyakinan terhadap stabilitas fiskal atau arah kebijakan ekonomi, mereka akan mencari tempat yang dinilai lebih aman dan stabil demi melindungi aset mereka.
“Dalam konteks saat ini, beberapa konglomerat dilaporkan khawatir terhadap rencana-rencana besar pemerintahan baru yang dinilai populis namun belum memiliki landasan fiskal yang kuat,” kata Anwar kepada inilah.com, Sabtu (12/4/2025).
Kedua, dampak pemindahan aset oleh orang-orang kaya Indonesia ke luar negeri terhadap perekonomian domestik, bisa sangat nyata. Ketika kapital dalam jumlah besar meninggalkan negeri, tekanan terhadap nilai tukar rupiah meningkat. Sektor keuangan menjadi lebih rentan terhadap gejolak eksternal.
Menurut Anwar, yang paling merasakan dampaknya dari situasi ini adalah masyarakat kecil. Sebab hal ini bisa mendorong harga-harga kebutuhan pokok naik, inflasi memburuk, dan biaya impor melonjak. Semua ini terjadi ketika yang seharusnya menjadi bagian dari solusi dengan kontribusi fiskal dari kelompok superkaya, justru menarik diri dari tanggung jawab sosialnya.
Ketiga, fenomena ini bukan sekadar persoalan ekonomi, tetapi juga persoalan moral dan keadilan sosial. Di saat rakyat kecil bergulat dengan inflasi, mahalnya biaya hidup, dan ketidakpastian pekerjaan, kelompok elite malah mencari perlindungan finansial di luar negeri. Ini mencerminkan jurang ketimpangan yang semakin melebar.
Laporan Bloomberg sebelumnya pada Jumat (11/4/2025) mengungkap kalangan borjuis di Indonesia mulai memindahkan kekayaannya ke luar negeri untuk investasi. Langkah ini diambil karena kalangan papan atas Indonesia itu mulai waswas terhadap stabilitas dan kebijakan pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto yang membuat pasar tidak stabil.
Sinyalemennya pemindahan aset orang kaya Indonesia ini, sudah terlihat sejak Oktober 2024 dan meningkat pesat sejak nilai tukar mata uang Rupiah anjlok. Sejak Februari 2025, kalangan borjuis Indonesia telah memindahkan US$50 juta (Rp841 miliar) atau naik tajam yang semula US$10 juta (Rp167 miliar).