Arena

Final UEFA Conference League: AS Roma dan Feyenoord Saling Sikut di Kejuaraan Kasta Ketiga

Liga Konferensi Eropa memang hanya kejuaraan kasta ketiga. Namun, bagi AS Roma dan Feyenoord yang akan bertemu dalam laga Final UEFA Conference League di Stadion Air Albania, Tirana, Kamis (26/5/2022), mengangkat trofi ajang edisi perdana itu sangat krusial sebagai magnet untuk membangun tradisi juara di Eropa.

Pertemuan AS Roma dan Feyenoord di Final UEFA Conference League boleh jadi perjumpaan dua tim yang bernasib serupa di kompetisi Eropa. Baik AS Roma maupun Feyenoord sama-sama tidak memiliki tradisi juara yang kuat dan cukup lama merindukan tampil di partai puncak kompetisi antarklub ”Benua Biru”.

AS Roma pernah merasakan juara Piala Inter-Cities Fairs 1960/1961. Kompetisi itu adalah cikal bakal Piala UEFA yang menjelma menjadi Liga Europa atau ajang kasta kedua Eropa saat ini. Setelah itu, klub berjuluk ”Serigala Ibu Kota” tersebut tak bisa berbuat banyak di tingkat Eropa. Mereka memang pernah mencapai final Piala Champions/Liga Champions 1983/1984, tetapi kandas dalam adu penalti, 2-4 (1-1), dari Liverpool.

Gettyimages 1234893381 612x612 - inilah.com

Baru tujuh tahun kemudian, klub berjersei kuning-merah alias giallorossi bisa kembali menembus final kompetisi Eropa. Mereka menantang Inter Milan di dua laga pamungkas Piala UEFA 1990/1991, tetapi kalah agregat 1-2 (1-0, 0-2). Selang 31 tahun kemudian, mereka bisa merasakan lagi berada di laga penentuan juara ajang Eropa dengan mencapai final Liga Konferensi musim ini.

Setali tiga uang, Feyenoord mengawali kiprah menembus partai puncak kompetisi Eropa ketika mencapai final Piala Champions 1969/1970 dan sukses mengangkat trofi seusai menaklukkan Celtic, 2-1. Klub berjuluk ”De Club Aan De Maas” itu bisa menembus laga pamungkas ajang Eropa empat tahun kemudian, yakni tatkala berjumpa Tottenham Hotspur dan berhasil meraih gelar setelah menang agregat 4-2 (2-2, 2-0).

Sehabis itu, Feyenoord menanti 28 tahun untuk merasakan lagi persaingan final kompetisi Eropa saat menghadapi Borussia Dortmund di partai puncak Piala UEFA 2001/2002 dan sukses mengangkat trofi seusai menang 3-2. Baru 20 tahun setelahnya, mereka mencapai laga pamungkas Liga Konferensi musim ini.

Feyenoord lebih berprestasi di Eropa

Secara koleksi prestasi, AS Roma memang lebih minim dibandingkan Feyenoord. Akan tetapi, secara umum, keduanya sama-sama tertatih dan sulit berbicara di ajang Eropa. Maka itu, final Liga Konferensi musim ini merupakan partai penting untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka bersaing di gelaran Eropa lainnya ke depan.

Gettyimages 1355543507 612x612 - inilah.com
Gettyimages

Untuk itu, walau sejumlah pengamat menilai Liga Konferensi sebagai langkah mundur untuk Pelatih AS Roma Jose Mourinho yang berpengalaman menjuarai Liga Champions (bersama FC Porto musim 2003/2004 dan Inter Milan 2009/2010) dan Liga Europa (bersama Porto 2002/2003 dan Manchester United 2016/2017), pelatih asal Portugal tersebut justru menganggap Liga Konferensi bernilai setara Liga Champions untuk timnya. Sebab, AS Roma tidak punya akar juara Eropa sehingga penting memulainya dari Liga Konferensi.

”Saya seorang pelatih dengan sejarah tertentu dan Roma adalah klub besar. Saya merasa sedikit bertanggung jawab untuk menjadikan ini kompetisi besar. Kami perlahan menyadari ambisi kami untuk melangkah sejauh mungkin. Liga Konferensi merupakan Liga Champions untuk kami sekarang. Ini ialah level kami saat ini, kompetisi yang kami perjuangkan. Apalagi klub ini belum menembus pertandingan seperti ini untuk waktu yang sangat lama,” ujar Mourinho mengutip Football-Italia.

Analisa dan prediksi pertandingan

Bagi Feyenoord, juara Liga Konferensi merupakan cara untuk membayar kekecewaan karena gagal merebut trofi Liga Belanda musim ini. Mereka bersaing sengit dengan Ajax Amsterdam dan PSV untuk menjadi yang terbaik di akhir musim. Sayang, mereka tersandung di pekan ke-16 dan terus tertinggal di tempat ketiga, sedangkan Ajax berhasil keluar sebagai juara.

Gettyimages 1386055052 612x612 - inilah.com
Gettyimages

Legenda sepak bola Belanda, Wesley Sneijder, menyampaikan, Feyenoord harus mewaspadai perkataan Mourinho yang kecewa dengan waktu persiapan timnya yang minim. Sebab, itu strategi Mourinho untuk memancing motivasi para pemainnya.

”Pada final Liga Europa 2017, Mourinho marah karena Ajax mendapatkan 12 hari persiapan lebih banyak dari Manchester United (tim yang dilatih Mourinho kala itu), sedangkan Manchester United cuma memiliki waktu tiga hari. Itu hanya permainan psikologis yang dilakukan Mourinho. Dia membuat para pemainnya mengerti betapa tidak adilnya segala sesuatu dan memotivasi mereka untuk menghukum ketidakadilan tersebut,” ujar Sneijder.

Legenda sepak bola Polandia sekaligus pemain AS Roma 1985/1988, Zbigniew Boniek, berpandangan lebih adil. Boniek menganggap kedua tim punya peluang yang seimbang. ”Roma adalah tim yang solid, tetapi Feyenoord juga kuat. Jadi, keduanya cenderung seimbang. Saya berharap mereka bisa jauh lebih baik untuk musim depan,” ucapnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Ibnu Naufal

Menulis untuk masa depan untuk aku, kamu dan kita.
Back to top button