News

Di Forum R20 Gus Yahya Ajak Tokoh Agama Dunia Hapus Diskriminasi

Kamis, 13 Okt 2022 – 06:31 WIB

Gus Yahya - inilah.com

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf saat berbicara di forum editorial meeting di Jakarta, Rabu (12/10/2022). (Foto: Istimewa)

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengakui masih ada problem intoleransi di Indonesia. Dari tahun ke tahun, kasus serupa tetap bermunculan, mulai dari upaya pendirian negara Islam, diskriminasi terhadap kelompok Syiah dan Ahmadiyah, serta kasus kasus lainnya. Namun, hal tersebut tidak berarti harus menghentikan upaya mengampanyekan perdamaian di tingkat global.

“Justru, Indonesia harus bergulat juga secara internasional. Langkah ini tentu saja tanpa menafikan upaya mengharmonisasi hubungan persaudaraan antaragama sesama anak bangsa dalam negeri,” kata Gus Yahya itu dalam Editorial Meeting di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164 Jakarta, Rabu (12/10/2022).

Sebab, terangnya, masalah-masalah serupa memang akan terjadi lagi di kemudian hari sehingga energinya akan terbuang percuma jika hanya fokus pada ranah domestik. Karenanya, persoalan domestik ini juga perlu dibawa ke tingkat internasional. Hal ini mengingat masalah serupa tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di India, di Eropa, dan di banyak negara lainnya.

“Memang ada masalah di mana-mana. Makanya ada tema truth telling. Kita ingin mengajak ke masa depan bersama. Kita tidak bisa terus-terusan begini. Mereka sekarang bersikap diskriminatif terhadap minoritas. Mereka mencari pembenaran dari grevances masa lalu,” katanya.

Oleh karena itu, PBNU menggelar forum agama G20 yang disebut Religion Twenty (R20). Forum ini dibuat dalam rangka menciptakan perdamaian dan kehidupan yang harmoni di tingkat global. Gus Yahya mengajak tokoh-tokoh agama dunia untuk bersama-sama mengatasi problem yang sama dan saling mengungkap kebenaran dan berbicara secara jujur mengenai masalah yang dialami masing-masing dalam forum tersebut.

“Sebab kalau tidak (berbicara bersama), tidak ada penyelesaian,” ujar pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.

Gus Yahya menyampaikan, masalah-masalah tersebut terkadang memang ada yang sengaja dikirim dari luar atau dinamika global, di samping juga karena hubungan yang semakin dekat antarkawasan dunia. Selain itu, sebagian lagi juga karena dampak dari politisasi dan polarisasi di wilayah domestik. Karenanya, ia juga menegaskan bahwa tidak boleh ada diskriminasi.

Oleh karena itu, Gus Yahya menegaskan,sekarang sudah saatnya tidak berpikir alasan untuk marah atau benci terhadap kelompok lain. Sebaliknya, justru antarumat beragama dan berbangsa harus bisa saling menjaga perdamaian satu sama lain.

Sejumlah pemimpin redaksi media nasional hadir di acara ini. Berada satu meja dengan Gus Yahya, antara lain, jurnalis Arif Afandi, Ketua PBNU H Amin Said Husni, Wakil Ketua Panitia R20 Safira Machrusah, Jubir R20 Najib Azca. Ada pula Waketum PBNU KH Zulfa Mustafa, Ketua PBNU Moh Mukri, H Chairul Saleh Rasyid, wartawan Mohammad Bakir.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button