Market

Fokus Pembiayaan Ultramikro, BTPN Syariah Gaet Laba Bersih Rp1,47 Triliun di 2021

Ditopang pembiayaan terhadap ultramikro yang menjadi fokus perseroan, PT Bank BTPN Syariah Tbk meraup laba bersih Rp1,47 triliun sepanjang 2021 lalu. Angka ini melonjak 72 persen dari laba bersih pada 2020 Rp855 miliar.

Direktur Utama BTPN Syariah Hadi Wibowo dalam keterangan di Jakarta, Kamis (10/2/2022), mengatakan hal tersebut. Pertumbuhan laba terkontribusi oleh pembiayaan terhadap ultramikro yang menjadi fokus perseroan. Pembiayaan ini tumbuh 10 persen menjadi sebesar Rp10,44 triliun, dari periode sama sebelumnya Rp9,52 triliun.

Menurut Hadi, capaian tersebut juga berkat dukungan berbagai pemangku kepentingan, mulai karyawan, nasabah, hingga pemerintah dengan program yang seimbang antara pemulihan ekonomi nasional dengan program kesehatan masyarakat.
​​​​
“Selain itu, ada regulator yang meluncurkan berbagai program relaksasi yang memberikan nafas segar untuk perbankan, hingga masyarakat yang memberikan kesempatan dengan baik dan terlibat dalam berbagai program BTPN Syariah,” ujar Hadi.

Sementara itu, kualitas pembiayaan emiten berkode saham BTPS itu tetap terjaga dengan Non Performing Financing (NPF) tercatat di posisi 2,37 persen.

Bank juga masih memiliki rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) yang kuat di posisi 58 persen, jauh di atas rata-rata industri.

Sedangkan total aset perseroan tumbuh 13 persen (yoy) menjadi Rp18,54 triliun dari Rp16,44 triliun dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 12 persen (yoy) menjadi Rp10,97 triliun dari Rp9,78 triliun.

Melewati tahun kedua pandemi, bank semakin belajar untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan nasabah dan perkembangan zaman terutama teknologi digital.

Kembangkan Layanan Berbasis Aplikasi

Selama 2021, bank terus mengembangkan layanan berbasis aplikasi. Tujuannya untuk mempermudah seluruh nasabah dan agen bank, yakni Mitra Tepat.

Dengan aplikasi tersebut, setiap hari Mitra Tepat dapat membantu nasabah inklusi memenuhi kebutuhan mereka untuk bertransaksi perbankan.

“Pengembangan teknologi ini tentunya sangat memperhatikan tingkat literasi digital masyarakat inklusi. Dalam hal ini bank tetap terus melakukan fungsi pendampingan sepenuh hati, memperkenalkan, mengajarkan, serta mempelajari respon mereka sebagai bagian proses penyempurnaan aplikasi sehingga tepat untuk menjadi alat dalam meningkatkan produktifitas mereka ke depannya. Jadi, semua terlaksana secara bertahap dan terus ada pendampingan,” ujar Hadi.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button