News

NASA: Letusan Gunung Api di Tonga Lebih Dahsyat dari Bom Atom Hiroshima

Letusan gunung api bawah laut di Tonga yang memicu tsunami pekan lalu berkekuatan ratusan kali lebih besar ketimbang bom atom yang dijatuhkan AS di Hiroshima, Jepang, pada Perang Dunia II, demikian kesimpulan NASA.

Badan Antariksa AS itu menyebut letusan tersebut melenyapkan sebuah pulau vulkanis di kawasan utara ibu kota Tonga, Nuku’alofa.

Mengutip BBC News, Pemerintah Tonga memperkirakan lebih dari empat perlima penduduk mereka terdampak tsunami dan abu vulkanik dari letusan tersebut. Hingga saat ini, tiga orang dipastikan tewas akibat tsunami yang terjadi.

Meluasnya abu vulkanis, gas, dan partikel dari letusan saat ini menjadi tantangan besar yang harus ditanggulangi pemerintah Tonga.

Tak lama setelah letusan dan tsunami, muncul kekhawatiran bahwa sumber air bersih tercemar abu vulkanis tebal sehingga bisa meningkatkan risiko penyakit seperti kolera dan diare.

Namun, otoritas lokal menyebut pengujian dalam beberapa hari terakhir memastikan bahwa air tanah dan air hujan aman untuk diminum.

Meski demikian, abu vulkanis halus dan emisi masih menimbulkan risiko kesehatan masyarakat. Paparan terhadap keduanya berpotensi menyebabkan kesulitan bernapas, dampak buruk pada sistem kardiovaskular, serta membuat paru-paru, mata dan kulit iritasi.

Pemerintah Tonga belakangan mengatakan 62 orang di Mango, salah satu pulau yang paling parah terkena dampak, harus dipindahkan ke pulau terluar, Nomuka. Kelompok warga itu kehilangan rumah dan semua barang pribadi mereka.

Namun, banyak dari penduduk tersebut berpontensi dipindahkan lagi ke pulau utama Tongatapu karena minimnya persediaan makanan dan persediaan.

Seorang pejabat setempat berkata, puluhan warga mengalami luka-luka akibat tsunami, sebagian besar mereka tinggal di Nomuka.

Regu penyelamat sudah mendirikan rumah sakit lapangan di kawasan itu. Klinik yang tadinya berdiri di sana tersapu tsunami.

Kapal dan pesawat yang membawa bantuan dari negara lain tiba di Tonga sejak pekan lalu. Bantuan ini datang setelah masyarakat berhasil membersihkan satu-satunya landasan pacu bandara di pulau itu dari abu vulkanik.

Selandia Baru dan Australia memimpin tanggap darurat internasional. Mereka mengerahkan angkutan udara dan kapal induk untuk memasok air bersih, makanan, peralatan kebersihan, tenda, serta peralatan pengolahan air dan alat perbaikan telekomunikasi.

Bantuan itu disebut disalurkan tanpa kontak fisik dengan warga lokal untuk mencegah penularan virus corona.

Komunikasi dari Tonga terputus selama lima hari setelah letusan gunung api bawah laut memutus satu-satunya kabel laut serat optik yang menghubungkan internet ke pulau itu.

Saluran telepon yang terputus sudah dipulihkan minggu lalu. Ini memungkinkan ‘panggilan telepon internasional terbatas’.

Walau begitu, saluran komunikasi antara Tongatapu, pulau utama, dan pulau-pulau terluar masih menjadi ‘persoalan akut’, menurut pemerintah Tonga.

Sebuah kapal akan tiba minggu ini untuk memperbaiki kabel internet. Sejumlah perusahaan memperkirakan perbaikan kabel komunikasi bisa memakan waktu hingga empat pekan.

Kedatangan bantuan asing sangat mempercepat arus informasi dari pulau yang dilanda bencana itu.

Dengan kecemasan penularan COVID-19, aktivitas gawat darurat dan penyaluran bantuan masih dilakukan penduduk setempat melalui kelompok seperti Palang Merah.

Tonga yang selama ini tergolong bebas pandemi COVID-19 telah meminta tidak ada pekerja bantuan asing yang mendarat di wilayah mereka. Tujuannya untuk mencegah wabah masuk.

Namun perwakilan PBB di kawasan itu, Sione Hufanga, berkata kepada BBC News bahwa skala kerusakan kemungkinan akan memaksa warga asing masuk ke Tonga.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Ikhsan Suryakusumah

Emancipate yourselves from mental slavery, none but ourselves can free our minds...
Back to top button