News

Pakar Gizi UI: Bayi Berisiko Lahir dengan Berat Rendah Jika Ayah Merokok

Dampak merokok tak hanya berpengaruh pada perokok itu sendiri, tetapi juga pada keluarganya, termasuk bayi yang belum lahir. Pakar Gizi Komunitas lulusan Universitas Indonesia, Dr. Tan Shot Yen, menekankan betapa seriusnya dampak tersebut, khususnya pada bayi yang lahir dengan berat badan rendah atau BBLR.

“Asap rokok mengandung karbon monoksida (CO), gas yang memiliki ikatan 200 kali lebih kuat dengan sel darah merah dibandingkan oksigen. Ini berakibat pada ketersediaan oksigen yang rendah untuk bayi dalam kandungan,” katanya Dalam sebuah konferensi pers di Jakarta, Kamis, (5/10/2023).

Menurut Dr. Tan Shot Yen, masalah utama bukan terletak pada nikotin atau bau rokok, tetapi pada asap yang dihasilkan oleh rokok, cerutu, ataupun vape. Asap ini mengandung CO yang dapat mempengaruhi ketersediaan oksigen bagi bayi dalam kandungan.

“Bayi membutuhkan oksigen untuk tumbuh. Kurangnya oksigen ini bisa berakibat pada berat lahir yang rendah,” tambahnya.

Bayi yang lahir dengan BBLR tidak hanya menghadapi risiko kesehatan jangka pendek. Menurut Dr. Tan Shot Yen, “Bayi dengan BBLR berisiko mengalami gangguan perkembangan fisik, pertumbuhan yang terhambat, dan masalah perkembangan mental yang akan berpengaruh pada masa depan mereka.”

Dr. Tan Shot Yen juga menyentil masyarakat untuk memahami bahaya merokok lebih dari sekadar efek jangka pendek. “Kita perlu menyentil dengan data atau fakta yang menakutkan, seperti risiko stroke, serangan jantung, atau bahkan usia harapan hidup perokok,” katanya.

Selain itu, ia juga mengingatkan pentingnya pemahaman prekonsepsi bagi calon orangtua. “Peconception jauh lebih penting daripada pre-wedding. Ini adalah fase di mana calon orangtua harus memahami bahwa anak mereka berhak mendapatkan yang terbaik,” tutupnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button