News

Pendukung Jokowi Beralih ke Ganjar-Mahfud, Romansa Benar-benar Usai?

Naga-naganya kutukan periode kedua ( second-term curse) dan fenomena lame duck Presiden Joko Widodo (Jokowi) datang lebih awal. Satu persatu pendukung Jokowi mundur dari barisan, akibat tak sepakat lagi dengan arah politik Jokowi.

Mereka kecewa karena harapan tinggi terhadap Jokowi harus dibayar dengan situasi politik terkini yang bertolak belakang. Jokowi yang dulu dilambangkan sebagai politikus yang jauh dari image politik elitis, dianggap politikus tulus malah justru menunjukkan gelagat sebaliknya.

Kemudian, rasa kecewa itu meledak, tatkala Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan putusan terkait gugatan UU Pemilu yang kontroversial. Memperbolehkan seseorang yang berpengalaman atau sedang mengemban jabatan publik hasil pemilihan umum atau pilkada, untuk maju sebagai capres atau cawapres meski belum berusia 40 tahun, pada Senin (16/10/2023). Diduga langkah ini dilakukan untuk memuluskan langkah putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka untuk maju ke pentas Pilpres 2024.

“Kekecewaan publik menyeruak dan tidak terkecuali, mereka yang merupakan pendukung dan loyalis Jokowi. Loyalis jokowi seolah tersadar dan mencapai puncak kemarahannya, setelah rekayasa hukum yang diduga dilakukan untuk kepentingan politik dinasti Jokowi dijalankan,” kata Peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Aisah Putri Budiatri, kepada Inilah.com di Jakarta, dikutip Kamis (19/10/2023).

Loyalis yang mundur juga bukan orang jauh, bisa dibilang termasuk dalam lingkaran Istana. Salah satu contohnya, eks Gubernur Lemhannas, Andi Widjajanto, yang baru-baru ini memutuskan untuk melepas jabatannya, memilih fokus di Tim Pemenangan Nasional Ganjar Presiden (TPN GP).

post-cover
Eks Gubernur Lemhannas, Andi Widjajanto saat jumpa pers bersama Tim Pemenangan Nasional Ganjar Presiden (TPN GP). (Foto: Arsip Inilah.com).

Langkah ini tentu mengejutkan, karena Andi dikenal sebagai salah satu loyalis Jokowi dari periode pertama, ia pernah dipercaya sebagai salah satu juru bicara di tim pemenangan Jokowi pada pemilu-pemilu sebelumnya.

“Jadi wajar saja ketika Andi Widjajanto lebih memilih untuk berpihak pada TPN Ganjar yang diusung PDIP, partai pemenang pemilu,” jelas Peneliti Senior Trust Indonesia Research and Consulting, Ahmad  Fadhli kepada Inilah.com di Jakarta, dikutip Kamis (19/10/2023).

Meski belum secara tegas mundur dari barisan pendukung Jokowi, namun Tenaga Ahli Utama Kedeputian V Kantor Staf Presiden Republik Indonesia Theofransus Litaay juga menunjukkan kecenderungan mendukung Ganjar-Mahfud, terlihat dari beberapa postingannya di akun Instagram miliknya @theofransus_litaay.

Tercermin di salah satu postingannya yang menampilkan foto Mahfud MD dan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, yang diambil satu hari sebelum pengumuman resmi Mahfud sebagai bacawapres pendamping Ganjar, Selasa (17/10/2023). “Indonesia terus maju menjadi bangsa pemenang,” tulis dia, dikutip Kamis (19/10/2023).

post-cover
Tangkapan layar akun Instagram Tenaga Ahli Utama Kedeputian V Kantor Staf Presiden Republik Indonesia Theofransus Litaay.

Selain dari lingkaran Istana, ada juga beberapa loyalis yang undur diri dari barisan pembela Jokowi. Meski para loyalis ini belum memberikan tanda-tanda melabuhkan dukungan ke Ganjar-Mahfud. Sebut saja jurnalis senior Goenawan Mohammad. Ia menilai Jokowi saat ini sedang memberikan keistimewaan bagi anak-anaknya secara tidak adil, berkenaan dengan dugaan putusan Mahkamah Konstitusi soal UU Pemilu.

Goenawan mengaku sedih melihat itu semua. Demokrasi yang awalnya disangka berjalan baik, kini malah dirusak. Ia mengaku tidak akan tinggal diam ketika melihat ada yang berubah dari sosok Jokowi. “Tapi tak bisa saya akan hanya diam; saya akan bersalah kepada negeri kita yang satu-satunya ini jika saya hanya diam. Dengan catatan, dalam umur lanjut ini, saya sadar batas. Tanpa ingin lumpuh, saya cemas tapi saya punya harap” ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (14/10/2023).

Goenawan bukan yang pertama, sebelumnya Denny Siregar juga sudah lebih dulu mengkritik bekas idolanya. Ia mengaku sudah muak dengan Jokowi, sang die hard mengaku kecewa dengan apa yang dilakukan Jokowi dalam rangka memuluskan Gibran ke pentas Pilpres 2024.

Bahkan, Denny Siregar membandingkan keluarga Jokowi dengan keluarga Presiden ke-2 RI, Soeharto. Kritik ini dilontarkan Denny lewat unggahan video di kanal YouTube 2045 TV, beberapa waktu lalu. Dirinya protes, anak-anak Jokowi yang mendapat keistimewaan terjun politik semakin menjadi bahan pembicaraan.

“Enggak perduli siapapun itu. Tapi selama konstitusi dilanggar untuk kepentingan kekuasaan, gua akan ada di barisan terdepan. Ini bukan tentang siapa yang akan menjadi Presiden kelak. Tapi apa yang yang akan kita wariskan ke anak cucu kita kelak. Saya cinta Jokowi. Tapi lebih cinta pada NKRI,” kata Denny.

Bila Denny dan Goenawan mulai bersuara mengkritik, beda lagi dengan mantan loyalis Jokowi, Abu Janda. Buzzer yang bernama lengkap Permadi Arya ini, disebut sedang bergerak merayu para buzzer lainnya untuk berhenti mendukung Jokowi.

Menurutnya, Permadi sudah  lelah mendukung Jokowi karena tidak mendapatkan apapun. Permadi mengaku sakit hati sebab dulu saat kasus penistaan agama yang menimpa dirinya, tidak ada dari pihak Jokowi yang membelanya. “Dia sakit hati karena waktu kena kasus penistaan agama nggak dibelain sama pihaknya Jokowi, yang bela dia dari Partai Gerindra,” tutur dia dikutip melalui akun TikTok @indonesia.emas8 pada Jumat (22/9/2023).

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button