Market

Ganti Nama dan Logo, Asuransi Tugu Mandiri Jadi PertaLife Insurance

Berdiri  28 Juni 1985, PT Asuransi Tugu Mandiri mencoba peruntungan di 2022 dengan mengganti nama dan logo, menjadi PT Perta Life Insurance. Bisnis asuransi semakin ramai.

Direktur Utama PertaLife Insurance, Hanindio W Hadi bilang, pergantian nama sekaligus logo dari Asuransi Tugu Mandiri menjadi PertaLife Insurance, diharapkan membawa perubahan yang signifikan. Khususnya terhadap kinerja perseroan. “Rebranding corporate identity ini, merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan performa korporasi ke arah yang lebih baik. Sekaligus memperkuat kepercayaan bagi seluruh stakeholders dan nasabah,” kata Hanindio di Jakarta, Senin (17/1/2022).

Perubahan ini, kata dia, sudah memenuhi berbagai ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Izin usaha untuk PertaLife Insurance tidak ada masalah dengan keluarnya SK Komisioner OJK Nomor KEP 881/NB 11/2021 tertanggal 28 Desember 2021. “Kalau izin dari kementerian BUMN, kejauhan. Tapi kalau board Pertamina dan PT Timah, saya kira tidak ada masalah,” ungkapnya.

Hanindio bahkan mengatakan, perubahan nama serta logo ini, merupakan andil dari pimpinan Pertamina selaku induk usaha. Dengan identitas anyar, perseroan berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas layanan dan inovasi produk sesuai kebutuhan nasabah. Hal itu dilakukan dengan melakukan transformasi secara komprehensif dengan tujuan utama memperbaiki kinerja keuangan dan menciptakan bisnis yang lebih sehat.

“Transformasi mencakup tiga hal, yaitu Transformasi Sumber Daya Manusia (People). Produk dan Proses bisnis melalui sistem yang terintegrasi. Transformasi dilakukan dengan mengimplementasikan budaya kinerja yang produktif, optimalisasi produk melalui restrukturisasi portofolio produk, serta perbaikan tata kelola salah satunya dengan mengimplementasikan kendali IT System,” jelasnya.

Selain transformasi bisnis, perusahaan akan mengembangkan digitalisasi untuk proses bisnis dan pemasaran. “Kami juga akan melakukan efisiensi sebagai salah satu upaya untuk bertahan dan berkembang di tengah kondisi Pandemi yang masih belum bisa diprediksi kapan akan berakhir,” jelas Hanindio.

Direktur Pemasaran PertaLife Insurance, Haris Anwar mengatakan, terkait digitalisasi, akan terus dikembangkan. Layanan asuransi perusahaan akan ditransformasikan ke layanan digital. Tahun ini, Pertalife akan mengeluarkan 7 produk baru.

“Digitalisasi ini men-introduce produk baru. Saat ini kami sedang menggodok produk baru di pasar. Kita harapkan di 2022 ini ada 7 produk baru yang kita bahas dengan OJK. Dan digitalisasi memang menjadi bagian peningkatan kinerja perusahaan,” tuturnya.

Kemudian terkait seluruh perjanjian atau kontrak dengan para nasabah/pemegang polis atau mitra bisnis yang telah ditandatangani dan menggunakan nama PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri disebut, tidak ada perubahan, masih tetap berlaku sesuai dengan syarat dan ketentuan polis asuransinya dan yang sudah disepakati sebelumnya.

Dia menambahkan, perseroan akan memberitahukan informasi selanjutnya kepada pemegang polis asuransi dan mitra bisnis mengenai perubahan tersebut melalui e-mail, surat, serta nantinya melalui website perusahaan. “Untuk penjelasan lebih lanjut atas perubahan nama perseroan, dapat menghubungi Sekretaris Perusahaan melalui email,” jelas Haris.

Direktur Keuangan dan Investasi PertaLife Insurance, Yuzran Bustamar melaporkan, perseroan meraih laba bersih Rp27,30 miliar per November 2021. Angka ini naik 48,53% (year on year/yoy) ketimbang November 2020 sebesar Rp18,38 miliar. Artinya, anak usaha dan afiliasi bisnis dari PT Pertamina (Persero) dengan PT Timah ini, cukup sehat.

Menurut Yuzran, perbaikan laba bersih itu ditopang pendapatan investasi, imbalan jasa Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), dan penurunan biaya operasional. Per November 2021, pendapatan investasi Rp58,27 miliar, meningkat dibandingkan 2020 sebesar Rp44,96 miliar. Sedangkan biaya operasional berhasil ditekan dari Rp155,3 miliar (2020) menjadi Rp 80,1 miliar (2021). Total aset PertaLife Insurance meningkat menjadi sebesar Rp 2,21 triliun dari sebelumnya sebesar Rp1,97 triliun.

Pandemi COVID-19, diakuinya, menjadi tantangan berat untuk mendongkrak pertumbuhan bisnis asuransi. Tekanan itu tercermin pada pendapatan premi yang belum optimal. “Per November 2021, pendapatan premi tercatat sebesar Rp 445,32 miliar, di bawah pendapatan premi sepanjang 2020 sebesar Rp470,10 miliar. Hingga akhir Desember 2021, kami memperkirakan pendapatan premi sedikit di atas perolehan tahun sebelumnya,” terangnya.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button