Gara-gara Ikut Bangun Kereta Whoosh, Keuangan WIKA Tekor Rp12 Triliun


Kementerian BUMN mencatat jumlah penumpang Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang sekarang berjuluk Kereta Whoosh, sejak beroperasi 17 Oktober 2023 hingga 9 Juli 2024, hampir 4 juta orang. Tepatnya 3,9 juta penumpang.

Tapi jangan bangga dulu, proyek KCJB ini ternyata membuat tekor besar PT Wijaya Karya (Persero/WIKA) Tbk pada 2023.  

Tak sedang bercanda, Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito menyebut kerugian perseroan dipicu proyek KCJB, terkait tingginya beban bunga utang dan beban lain-lain. Angkanya bengkak karena kerugian PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).

Asal tahu saja, PSBI yang berdiri pada 2 Oktober 2015, merupakan konsorsium BUMN yakni WIKA, PT Kereta Api Indonesia (Persero/KAI), PTPN VIII dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Masing-masing menggenggam saham PSBI 38 persen, 25 persen, 25 persen, dan 12 persen.

Dan, PSBI adalah pemegang saham 60 persen PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) selaku pengelola Kereta Whoosh. Sisa sahamnya yang 40 persen dimiliki China, Beijing Yawan HSR Co.Ltd.

Dalam perjalanannya, proyek Kereta Whoosh mengalami bengkak biaya alias cost overrun US$1,2 miliar, atau setara Rp18,36 triliun. Tentu pembengkakan ini harus ditanggung renteng yang berdampak kepada keuangan WIKA .

“Di dalam laporan tadi ada dua komponen yang pertama adalah beban bunga yang cukup tinggi. Kedua, beban lain-lain di antaranya mulai tahun 2022 kami sudah mencatat adanya kerugian dari PSBI, atau kereta cepat yang tiap tahun (angkanya) cukup besar,” kata Agung di depan Komisi VI DPR, Jakarta, Senin (8/7/2024).

Sepanjang 2023, WIKA membukukan kerugian bersih tahun berjalan sebesar Rp7,12 triliun. Melejit ketimbang posisi 2022 yang tekor bersihnya hanya Rp59,59 miliar. Ditambah lagi beban lain-lain WIKA yang melonjak 310,16 persen, menjadi Rp5,4 triliun. 

Alhasil, rugi bersih dan beban lain-lain yang harus ditanggung WIKA menjadi Rp12,52 triliun. “Memang paling besar karena dalam penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, yang memang dari penyertaannya saja sudah Rp6,1 triliun, kemudian yang masih dispute, atau belum dibayar sekitar Rp5,5 triliun. Sehingga (totalnya) hampir Rp12 triliun,” kata Agung.

Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga buru-buru membantah ihwal tekornya WIKA yang terlibat dalam proyek KCJB atau Whoosh.

Dia bilang, investasi WIKA di proyek Kereta Whoosh bersifat awal, alias tidak langsung memberikan keuntungan. Sehingga tidak tepat kalau disebut sebagai kerugian, kecuali jika proyek ini dinyatakan batal.

“Bukan menyumbang kerugian, di mana-mana ada investasi dulu. Misalnya, kalau bikin rumah, rugi apa enggak? Kalau tahun pertama, gimana? Dia kan untuk bisnis, bikin rugi itu kalau misalnya perusahaan kereta cepatnya enggak jalan,” kata Arya, di Jakarta, Senin (15/7/2024).

Saat ini, kata Arya, bisnis Kereta Whoosh justru membaik. Tercermin dari frekuensi perjalanan yang mencapai 40 perjalanan, menuju target 60 perjalanan per hari. Dan, okupansi penumpang saat ini,  meningkat hingga 21.000 penumpang menuju target 30.000 penumpang per hari.

“Bertahap kan, jadi enggak mungkin tiba-tiba. Ya orang jualan masa langsung tercapai, bertahap. Tapi kan sekarang sudah bagus,” kata Arya.