Gara-gara Rupiah Ambruk Akhir 2024, Mesin Uang Salim Group ‘Ngadat’ Rp559 Miliar


Pelemahan nilai tukar rupiah akhir 2024, ternyata berimbas jelek terhadap kinerja PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Mesin uang milik Anthoni Salim (Salim Group) itu ngadat. Meninggalkan rugi yang lumayan signifikan.

Raja mi instan itu, terpaksa mengelus dada karena harus menanggung tekor Rp559 miliar, akibat terkaparnya rupiah pada kuartal IV-2024.

Meski begitu, sepanjang 2024, penjualan Indofood CBP masih naik 4,4 persen menjadi Rp8,8 triliun. Pendapatan tumbuh 6,9 persen menjadi Rp72,59 triliun.

“Kerugian pada kuartal IV-2024 terutama disebabkan oleh kerugian selisih nilai tukar mata uang asing dari aktivitas pendanaan sebesar Rp2,11 triliun,” tulis Phintraco Sekuritas dalam risetnya, yang dikutip Sabtu (12/4/2025).

Phintraco mencatat, pertumbuhan pendapatan Indofood CBP tahun lalu didorong seluruh segmen usaha.

Segmen penyedap makanan, membukukan kenaikan pendapatan sebesar 17 persen menjadi Rp4,3 triliun, diikuti segmen nutrisi dan makanan khusus 11,4 persen menjadi Rp1,36 triliun, serta makanan ringan 6,9 persen, menjadi Rp4,54 triliun.

Sementara itu, penjualan segmen mi instan, dairy, dan minuman masing-masing naik 6,81 persen, 5,86 persen, dan 4 persen pada 2024.

Secara kuartalan, emiten bersandi ICBP itu, membukukan penurunan pendapatan sebesar 7,63 persen menjadi Rp17,11 triliun di kuarta akhir 2024, seiring penurunan penjualan hampir di seluruh segmen usaha serta daya beli masyarakat yang masih tertekan pada periode tersebut.

Tahun ini, lanjut Phintraco, ICBP akan terus mendorong pertumbuhan penjualan dan volume serta mempertahankan tingkat profitabilitas. Ke depan, broker saham ini memperkirakan pendapatan ICBP berpotensi pulih, seiring periode Ramadan dan Hari Raya Idulfitri pada kuartal I tahun ini.

Sementara itu, laba usaha ICBP tumbuh 13,44 persen menjadi Rp16,32 triliun sepanjang 2024. Pemicunya penurunan beban usaha akibat kerugian selisih nilai tukar mata uang asing dari aktivitas operasi yang lebih rendah. Pertumbuhan laba usaha pada seluruh segmen juga turut mendorong kenaikan laba usaha.

Phintraco memperkirakan, laba bersih ICBP berpotensi tumbuh sebesar 6,77 persen pada tahun ini, menjadi Rp9,41 triliun.

Kenaikan ni ditopang potensi kinerja operasional yang cenderung solid untuk mempertahankan profitabilitas.

Secara operasional, broker ini menilai, kinerja ICBP masih relatif positif yang tercermin pada kenaikan laba usaha segmen secara kumulatif 2024.

Namun, risiko yang perlu diperhatikan adalah fluktuasi nilai tukar rupiah yang berpotensi mempengaruhi laba bersih ICBP.

Menggunakan metode discounted cash flow dengan required return sebesar 7,48 persen dan terminal growth 2,99 persen, Phintraco memperkirakan, harga wajar ICBP berada di kisaran Rp13.275 per saham.

Phintraco mempertahankan peringkat buy saham ICBP dengan target yang lebih rendah yakni Rp13.275 dengan potensi kenaikan 32,75 persen dibandingkan harga saat riset dibuat sebesar Rp10.000.