Gelombang Besar Divestasi Uni Eropa Targetkan Banyak Perusahaan Israel

Kamis, 7 November 2024 – 09:24 WIB

Ilustrasi (Foto: Shutterstock)

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com

+ Gabung

Beberapa lembaga keuangan terkemuka Eropa telah mengurangi investasi mereka dan memutuskan hubungan dengan perusahaan-perusahaan Israel. Ini dilakukan seiring meningkatnya tekanan aktivis dan pemerintah untuk menghentikan aksi genosida Israel di Gaza.

Bank dan perusahaan asuransi, yang secara tradisional vokal tentang komitmen tata kelola lingkungan dan sosial mereka, kini mempertimbangkan kembali hubungan keuangan mereka dengan perusahaan yang terkait dengan sektor pertahanan Israel dan wilayah Palestina yang diduduki.

UniCredit Italia dilaporkan telah menempatkan Israel pada daftar investasi “terlarang” sejak Oktober 2023, menandai langkah yang sejalan dengan kebijakannya terhadap pembiayaan ekspor senjata ke zona konflik. Sikap ini melampaui pedoman resmi Italia mengenai ekspor senjata ke Israel.

Sementara itu, manajer aset Norwegia Storebrand dan perusahaan asuransi Prancis AXA telah menjual saham di perusahaan Israel, termasuk beberapa bank, dengan alasan masalah etika atas risiko hak asasi manusia.

“Kekuasaan yang digunakan bank dalam memutuskan di mana mengalokasikan modal memiliki implikasi di dunia nyata,” kata Martin Rohner, Direktur Eksekutif Global Alliance for Banking on Values. “Berinvestasi dalam produksi senjata bertentangan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.”

Advertisement

Penurunan Tajam FDI

Dampak perang terhadap ekonomi Israel mulai terlihat jelas. Penanaman modal asing langsung (FDI) ke Israel turun 29% pada tahun 2023, terendah sejak 2016, karena dana internasional utama, termasuk Dana Investasi Strategis Irlandia, keluar dari kepemilikan Israel.

Dana kekayaan kedaulatan Norwegia senilai $1,8 triliun juga mempertimbangkan standar etika investasinya di Israel, khususnya yang terkait dengan wilayah pendudukan.

Keputusan bisnis perusahaan-perusahaaan ini juga mengikuti sikap beberapa pemerintah yang semakin mengambil posisi dalam perang ini. Norwegia, Irlandia, dan Spanyol telah mengakui negara Palestina, sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron telah menganjurkan penghentian ekspor senjata, dan Inggris telah menangguhkan lisensi senjata tertentu untuk Israel.

Pelarian Modal Meningkat 62%

Harian bisnis yang berbasis di Israel, Calcalist, baru-baru ini menerbitkan analisis mendalam yang mengungkap peningkatan dramatis sebesar 62% dalam pelarian modal dari negara Yahudi itu sejak 7 Oktober 2023.

Lonjakan arus keluar modal, menurut laporan itu, telah diperburuk oleh ketidakpastian politik dan ekonomi menyusul pembentukan pemerintahan ekstremis yang dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Bezalel Smotrich, dan Itamar Ben-Gvir.

Menurut laporan tersebut, pelarian modal mengacu pada eksodus cepat aset keuangan dari suatu negara karena berbagai risiko, termasuk ketidakstabilan politik, kerusuhan sosial, atau ketegangan geopolitik.

Dalam kasus Israel, kombinasi dari meningkatnya risiko geopolitik, perselisihan internal, dan ketidakpastian keuangan telah menyebabkan investor kehilangan kepercayaan terhadap ekonomi Israel dan memindahkan aset mereka ke luar negeri.

Melemahnya shekel Israel merupakan salah satu indikator yang jelas dari fenomena ini. Mata uang tersebut telah jatuh sekitar 10% dan berfluktuasi secara dramatis karena ketidakstabilan pasar.

Para ahli dari Calcalist juga menyoroti bahwa arus keluar keuangan bersih rezim berubah negatif pada kuartal kedua tahun 2023. Bahkan pada kuartal ketiga menunjukkan arus keluar bersih yang tajam sebesar $21 miliar—menandai pergeseran signifikan dari surplus $1,25 miliar yang dicatat pada periode sebelumnya.

Topik

BERITA TERKAIT