Saat gelaran debat keempat pilpres pada Minggu (21/1/2024) malam, cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka mengingatkan bahwa ancaman perubahan iklim bukan sekadar narasi menakut-nakuti belaka.
“Dampak perubahan iklim ini semakin nyata, banjir, kekeringan, kenaikan air laut, ini adalah ancaman nyata dan sudah didepan mata,” ucap Gibran.
Benarkah pernyataan Gibran mengenai perubahan iklim ini?
Penelusuran Fakta
Menurut pengamatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) rata-rata suhu udara 2023 meningkat sebesar 0,5°C dibandingkan suhu rata-rata tahun 1991-2020.
Dengan kenaikan suhu sebanyak itu,rata-rata suhu menjadi 27,2°C dan menduduki peringkat kedua anomali suhu, atau selisih antara tahun tertentu dengan rata-rata suhu selama 30 tahun, terbesar di Indonesia. Rekor ini juga tidak terjadi di Indonesia saja, tapi global.
Menurut Copernicus Climate Change Service (C3S) rekor anomali suhu global terbesar dipecahkan pada September 2023 dengan 0,52 °C lebih besar dari rata-rata suhu 1991-2020.
Sementara, data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bencana alam di Indonesia juga meningkat dari 2022 ke 2023. Terdapat 2.403 bencana pada 2022 dan 3.078 bencana di tahun 2023. Kedua data tersebut didominasi oleh bencana banjir dan tanah longsor.
Bersumber data ini, dalam dua tahun terakhir terjadi setidaknya 942 bencana banjir dan 1.303 bencana tanah longsor. Sedangkan untuk data bencana kekeringan, terdapat penurunan dua bencana di mana terjadi 43 bencana kekeringan di tahun 2022 dan 41 bencana kekeringan di 2023.
Lalu bagaimana dengan kenaikan permukaan air laut? Menurut data Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) lelehan es dan kenaikan suhu laut telah menyebabkan kenaikan air laut sebanyak 4.62 mm setiap tahunnya dari 2013-2022. Angka ini dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan tahun 1993-2002.
Dengan penelusuran data ini, dapat dinyatakan pernyataan Gibran tentang semakin nyatanya ancaman iklim adalah benar atau sesuai fakta.
Leave a Reply
Lihat Komentar