KabarRamadan

Gocekan Syiar di Antara Gol Tenar

Oleh   : Akmal Nasery Basral

Idul Fitri tinggal tiga hari lagi. Anda sekeluarga akan salat hari raya di mana? Jika tinggal di Jakarta, lebaran kali ini ada tambahan lokasi ibadah yang gres dan megah: Jakarta International Stadium (JIS).

Kondisi stadion internasional yang baru saja menabalkan klub Barcelona U-18 sebagai juara International Youth Championship 2021–setelah mengandaskan Atletico Madrid U-18 dengan skor 1-0 di final dua pekan lalu—ini dipuji mantan Menteri Perindustrian, Saleh Husin, yang ikut menonton. “Stadion kelas dunia. Serasa nonton di Camp Nou Barcelona atau Old Trafford Manchester United,” ujar Ketua Majelis Wali Amanah Universitas Indonesia itu.

JIS berkapasitas 82 ribu tempat duduk. Rampung setelah 11 tahun yang melibatkan kerja lima orang gubernur Jakarta mulai dari Fauzi Bowo, Joko Widodo, Basuki Tjahaja Purnama, Djarot Saiful Hidayat, hingga Anies Baswedan. Sebagai lokasi salat Idul Fitri, JIS akan menampung 8.000 jamaah. “Di tempat itu kita akan berzikir. Kita agungkan takbir di lokasi mahakarya kota ini, kita akan bersyukur dan bersujud memohon rida Ilahi,” tutur Gubernur Anies Baswedan di akun IG sejak Rabu (27/4). Khatib pada salat Id nanti adalah KH Muhammad Cholil Nafis, ketua MUI Pusat.

Dalam fikih ibadah, salat Idul Fitri dan Idul Adha memang lebih afdol dilakukan di lapangan meski tetap boleh dilakukan di dalam masjid. Syahdan dari 19 kali shalat Iedain (salat dua hari raya) yang dilaksanakan Nabi Muhammad s.a.w. selama hidupnya, hanya satu kali yang beliau lakukan di dalam masjid tersebab kendala cuaca yang tak memungkinkan ibadah dilakukan luar ruang. Selebihnya, salat Id beliau selalu di tanah lapang.

JIS bukan satu-satunya stadion sepak bola yang akan menggelar salat Idul Fitri. Di Inggris, FC Blackburn Rovers sudah lebih dulu umumkan stadion Ewood Park yang berkapasitas 30.000 penonton sebagai tempat salat Id bagi Muslim setempat. “Stadion dibuka jam 8.30. Salat Id jam 9.30 dilanjutkan khutbah. Disediakan layanan bus. Untuk pertanyaan hubungi e-mail [email protected],” bunyi pengumuman resmi. Blackburn Rovers adalah klub sepak bola profesional pertama di Inggris yang membuka stadion mereka untuk salat Idul Fitri. Klub ini di tahun 1994/1995 pernah menjuarai Liga Premier Inggris saat masih diawaki sejumlah pemain legendaris seperti Alan Shearer, Tim Sherwood, dan Chris Sutton.

Geliat syiar Islam memang semakin menguar dari lapangan sepak bola. Di Liga Jerman (Bundesliga) kejadian menarik terjadi pada pertandingan Augsburg versus Mainz 05 di hari-hari pertama bulan Ramadhan. Pada menit ke-65 mendadak wasit Matthias Jollenbeck menghentikan pertandingan meski tak ada pelanggaran yang dilakukan pemain kedua tim.

Ternyata wasit memberikan kesempatan kepada Moussa Niakhate, pemain Muslim Mainz 05 berkebangsaan Prancis, untuk iftar karena sudah masuk waktu maghrib. Niakhate membatalkan puasa dengan meminum air botol yang disorongkan kiper Robin Zentner. Setelah jeda beberapa detik itu, Niakhate menjabat tangan wasit Joellenbeck untuk berterima kasih di bawah aplaus meriah penonton. Pertandingan kembali dilanjutkan. Indahnya penghormatan terhadap spirit beribadah di tengah sportivitas olah raga yang bergairah.

Dari perempat final Liga Champions, pengaruh Ramadhan memancar saat Real Madrid bertemu Chelsea. Sebelum ini Real Madrid yang berjuluk Si Putih (“Los Blancos”) tak pernah menang melawan Si Biru (“The Blues”) di kompetisi resmi Eropa. Tetapi Kamis, 7/4, dini hari WIB, itu terjadi keajaiban. Bintang Los Blancos, Karim Mostafa Benzema yang baru iftar 15 menit menjelang free kick  bermain super rancak di Stamford Bridge. Pemain berusia 34 tahun itu melesakkan hat trick ke gawang Chelsea.

“Malam yang magis,” ujar Benzema, pesepakbola Prancis berdarah Aljazair. Puasa Ramadhan alih-alih membuatnya loyo dan tidak produktif, justru menajamkan kemampuannya. “Berikan teman saya Benzi, Ballon D’Or 2022,” puji Mesut Özil, pemain Jerman yang pernah menjadi rekan satu tim di Real Madrid. Ballon D’Or (Bola Emas) adalah penghargaan tahunan bagi pesepakbola terbaik. Kiper legendaris Spanyol, Iker Casillas, mencuit komentar lebih ekstrem. “K9 (“K” untuk Karim, dan 9 adalah nomer kaus Benzema–-ANB) adalah spiderman. K9 adalah Wolverine … K9 adalah presiden AS. K9 adalah malaikat pelindungmu. K9 adalah tuhan!”

“Gocekan” syiar di antara gol-gol tenar sejatinya bukan hanya diukir Karim Benzema, juga oleh N’Golo Kanté (Chelsea), Sadio Mané (Liverpool), Paul Pogba (Manchester United), Mesut Özil (Fenerbahçe), Riyad Mahrez (Manchester City), Franck Ribéry (Fiorentina), Emre Can (Borussia Dortmund), Pierre-Emerick Aubameyang (Barcelona), Xherdan Shaqiri (Chicago Fire), Granit Xhaka (Arsenal), Mehdi Benatia (Juventus), Edin Džeko (Roma), Ahmed Musa (CSKA Moscow), Miralem Pjanić (Barcelona), dan tentu saja, Mohamed Salah (Liverpool), untuk menyebut beberapa sosok pesepakbola Muslim.

Untuk nama terakhir yang berdarah Mesir, fans Liverpool bahkan membuat lagu khusus dengan cuplikan syair: … if he scores another few, then I’ll be Muslim too/If he’s good enough for you/he’s good enough for me/Then sitting in a mosque is where I wanna be.”

Sebuah studi yang dilakukan Lab Kebijakan Imigrasi Universitas Stanford (Stanford University Immigration Policy Lab) dan dilansir ESPN pada 3 Juni 2019 menunjukkan kehadiran Mo Salah di Liverpool telah menurunkan sikap Islamophobia sebanyak 50 persen dan kejahatan berbasis rasisme  sebanyak 19 persen.

“Responden mengetahui bagaimana sikap seorang Muslim—mungkin pertama kali dalam hidup mereka—ketika melihat Mo Salah selalu sujud setiap kali mencetak gol,” bunyi salah satu poin penelitian yang melibatkan 8.000 orang fans Liverpool dan menganalis 15 juta cuitan fans setelah Mo Salah bergabung di klub Inggris itu. Tentang aksi sujud syukurnya itu sang pesepakbola menjelaskan, “Sudah kebiasaan saya sejak remaja. Di mana pun saya bermain bola kalau saya mencetak gol, saya selalu sujud di lapangan,” kata pesepakbola yang juga punya kebiasaan selalu berwudu sebelum bertanding ini.

Islamophobia memang bukan persoalan enteng di Inggris. Pasca Tragedi 9/11 di New York City, AS, gelombang kebencian terhadap Islam juga meningkat di kalangan rakyat Negeri Ratu Elizabeth yang memiliki hubungan emosional khusus dengan warga AS. Survei yang dilakukan YouGov sepanjang 2015-2017 menunjukkan hasil 60 persen rakyat Inggris menganggap “ajaran Islam bertentangan dengan nilai-nilai Inggris”. Namun sejak Mo Salah bergabung dengan Liverpool pada Juni 2017 dan menorehkan kontribusi emas bagi klub, angka Islamophobia terus menurun secara signifikan.

Ternyata hal ini bukan hanya angka-angka di atas kertas. Seorang fans sepak bola bernama Ben Bird memutuskan untuk menjadi Muslim setelah terkesima menyimak kehidupan Mo Salah di dalam dan di luar lapangan sepak bola.

“Dulu saya seorang Islamophobia dan anggap semua Muslim di Inggris adalah teroris,” ungkapnya kepada harian The Guardian, 3 Oktober 2019. “Saya menganggap orang-orang Islam itu tak mau berbaur dan punya tujuan untuk mengambil alih Inggris. Saya selalu melihat kaum Muslimin seperti gajah di dalam ruangan. Saya benci mereka,” lanjutnya.

Ben bukan fans Liverpool, dia penggemar fanatik klub Nottingham Forest dan pemegang tiket musiman. Tapi kehadiran Mo Salah di Stadion Anfield dan berita tentang dirinya yang terus meningkat dari waktu ke waktu membuat Ben memutuskan untuk lebih menggali lebih dalam tentang kehidupan sang bintang dan ajaran Islam. “Kehidupan Salah menunjukkan kepada saya bahwa bahwa Anda bisa hidup normal dengan menjadi seorang Muslim. Begitu saya membaca (terjemahan) Al Qur’an dan ajaran Islam, saya menemukan hal berbeda dari yang sering dipublikasikasikan media massa,” paparnya.

Singkat cerita, Ben kemudian memutuskan menjadi pemeluk agama Islam. Apa yang akan dilakukannya sekarang? “Sebetulnya saya sama saja dengan Ben yang dulu. Yang akan berubah hanya gaya hidup saya. Sebelum memeluk Islam, saya menonton pertandingan sepak bola di stadion atau pub, diikuti dengan pasang taruhan, sebelum menyadari kehilangan banyak uang karena kalah judi. Ini bagian budaya fans sepak bola di Inggris. Setelah menjadi Muslim, saya harus ubah kebiasaan (bertaruh) itu. Sebagai Muslim saya harus berjuang keras agar tak lagi punya kebiasaan itu. Mo Salah adalah hadiah dari Allah bagi keislaman saya.”

Sebulan sebelum masuk Ramadhan, di awal Maret 2022, pesepakbola legendaris Belanda Clarence Seedorf, mengumumkan dirinya menjadi seorang Muslim. “Saya tak akan mengubah nama saya dan tetap menggunakan nama yang diberikan orang tua saya, Clarence Seedorf!” ungkap satu-satunya pesepakbola yang pernah meraih Piala Champions bersama tiga klub berbeda di tiga negara, AC Milan (Italia), Real Madrid (Spanyol) dan Ajax (Belanda).

Ketertarikan Seedorf pada Islam tak lepas dari persahabatannya dengan Khabib Nurmagomedov, mantan petarung legendaris MMA ( Mixed Martial Arts) kelahiran Republik Dagestan, Rusia. Sejak 2021 keduanya meluncurkan sekolah sepak bola Seedorf Khabib Performance Club di bawah payung perusahaan SK Sport Holding yang menggabungkan teknik sepak bola modern dengan metode latihan ala tarung bebas.

Ayah Khabib, Abdulmanap Nurmagomedov—mantan judoka dan pelatih olah raga untuk tentara—adalah fans Seedorf sejak lama. Sementara Khabib sendiri jika sedang tak berlatih MMA sering melatih keahlian kakinya dalam menggocek bola di lapangan hijau. “Kami memiliki misi yang sama dalam hidup,” ujar Seedorf tentang sekolah sepak bola yang didirikannya bersama Khabib, “Kami ingin memberikan sesuatu yang positif kepada generasi muda.”

Dua legenda olah raga yang bersatu merintis metode baru ini memang belum bisa dilihat hasilnya. Akankah mereka mampu mencetak pesepakbola muda dengan semangat pantang mundur khas petarung MMA? Waktu yang akan membuktikannya. Namun kerjasama mereka yang kini terbuhul makin erat dengan kesamaan imam membuat gocekan syiar di lapangan hijau kian berpendar dan gemebyar. [ ]

*Sosiolog, penulis penerima penghargaan National Writer’s Award 2021 dari Perkumpulan Penulis Nasional Satupena.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button