Market

Gugat Kenaikan BBM, PEPS Duga Ada Kebohongan Soal Anggaran Jebol

Senin, 31 Okt 2022 – 19:21 WIB

Mungkin anda suka

Presiden Jokowi putuskan kenaikan harga BBM pada 3 September 2022.

Ekonom senior, Anthony Budiawan menduga ada kebohongan terkait keputusan Presiden Jokowi menaikkan harga BBM pada 3 September 2022. Alasannya agar APBN 2022 tak jebol.

Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) itu, menduga ada kebohongan terkait alasan APBN terancam defisit alias jebol, kalau harga Pertalite dan Solar tidak dinaikkan hingga di atas 30 persen.

Asal tahu saja, harga Pertalite naik dari Rp7.650 menjadi Rp10.000 per liter. Atau naik Rp2.350 per liter (30,7%). Sedangkan Solar naik dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter. Atau naik Rp1.650 per liter (32%).

Saat diumumkan harga baru BBM, para pengambil keputusan menyampaikan alasan dalam rangka menyelamatkan APBN 2022. “Maka itu, APBN akan jebol, sepertinya hanya isapan jempol saja. Dalam kamus Indonesia, isapan jempol artinya kabar tidak benar, atau kabar bohong,” tandas Anthony, Jakarta, Senin (31/10/2022).

Selanjutnya, Anthony membeberkan sejumlah analisa yang menyimpulkan APBN 2022 jauh dari defisit, atau jebol. Per September 2022, APBN masih sangat sehat. Karena surplusnya sangat besar, yaitu Rp60,8 triliun. “Subsidi energi baru mencapai 59,25 persen dari anggaran, masih sangat rendah. Jadi jebolnya di mana,” tuturnya.

Alasan APBN akan jebol, karena subsidi BBM membengkak, lanjut Anthony, kemudian dikoreksi menjadi subsidi energi yang angkanya sangat besar, yakni Rp502 triliun. Negara manapun tidak kuat menyangganya.

Menurut Kementerian Keuangan, realisasi APBN pada Agustus 2022 justru surplus Rp107,4 triliun, dan per akhir September 2022 mencatat surplus Rp60,8 triliun. “Artinya, APBN baik-baik saja. Sehat-sehat saja. Tidak jebol,” tandasnya.

Sedangkan realisasi subsidi BBM dan LPG, kata Anthony, masih sangat rendah. Bahkan, jauh lebih rendah dari yang “dipropagandakan” para pengambil keputusan.

Sebut saja, realisasi subsidi BBM dan LPG per Agustus 2022 hanya Rp71,21 triliun. Atau setara 47,67 persen dari total anggaran subsidi BBM dan LPG sebesar Rp149,37 triliun. Terdiri dari subsidi BBM Rp14,58 triliun dan LPG Rp134,79 triliun. Sedangkan realisasi subsidi listrik per Agustus 2022, hanya 51,85 persen dari anggaran.

Artinya, lanjut Anthony, realisasi subsidi BBM, LPG dan listrik, selanjutnya disebut subsidi energi, hanya 48,86 persen dari total anggaran. Dengan kata lain, subsidi yang dianggarkan (APBN 2022), jauh lebih besar ketimbang yang sebenarnya.

Sedangkan realisasi subsidi BBM dan LPG per September 2022, hanya 58,9 persen dari anggaran. Artinya, APBN 2022 baik-baik saja, tidak akan jebol. Sedangkan realisasi subsidi listrik per September 2022 juga sangat rendah. Hanya 60,15 persen dari APBN 2022.

Kata Anthony, secara keseluruhan, total realisasi subsidi energi (BBM, LPG dan listrik), per September 2022 hanya Rp123,8 triliun. Jauh lebih rendah ketimbang anggaran sebesar Rp208,93 triliun. Atau hanya 59,25 persen saja. “Apalagi kalau dibandingkan angka “propaganda” Rp502 triliun, jauh lebih rendah lagi,” pungkasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button