Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, atau yang akrab disapa Gus Yahya, memperkenalkan berbagai gagasan terkait peradaban melalui kunjungannya ke Amerika Serikat (AS). Dalam lawatan tersebut, Gus Yahya menemui sejumlah tokoh pengambil kebijakan dan berdiskusi dengan para pakar untuk membahas peran Indonesia dan Nahdlatul Ulama (NU) dalam dinamika geopolitik dunia.
Dalam pertemuan dengan para pakar di The Heritage Foundation, salah satu lembaga berpengaruh dalam proses perumusan kebijakan politik Amerika Serikat, khususnya di kalangan Partai Republik, Gus Yahya memaparkan potensi peran strategis NU dan Indonesia di kawasan Indo Pasifik dan dunia Islam.
Direktur Pusat Studi Asia di The Heritage Foundation, Jeff Smith, menyambut baik gagasan Gus Yahya dan menyatakan komitmennya untuk mendukung pengembangan kerja sama antara AS dan Indonesia di masa depan.
Tak hanya bertemu dengan The Heritage Foundation, Gus Yahya juga menemui mantan Kepala Divisi Perencanaan Kebijakan Kementerian Luar Negeri AS, Peter Berkowitz. Berkowitz yang sebelumnya terlibat dalam forum keagamaan R20 di Bali pada November 2022, memuji inisiatif NU melalui forum tersebut, menyebutnya sebagai langkah penting yang meninggalkan kesan mendalam. Ia juga membantu Gus Yahya terhubung dengan jaringan strategis di AS guna mendukung inisiatif internasional NU.
Kunjungan Gus Yahya selanjutnya berlanjut ke markas The Atlantic Council, lembaga lain yang berpengaruh dalam politik AS, di mana ia mendorong integrasi dunia Islam ke dalam sistem global. Gus Yahya juga mengusulkan terwujudnya tatanan internasional yang adil dan harmonis, yang menjunjung tinggi kesetaraan hak dan martabat bagi setiap manusia.
Presiden dan CEO The Atlantic Council, Fred Kempe, menyambut hangat gagasan Gus Yahya.
“Di Amerika, sedikit sekali yang memahami pentingnya peran NU dalam dinamika global, tetapi saya sepenuhnya paham akan hal itu,” ungkap Kempe.
Selain berdiskusi dengan lembaga-lembaga kebijakan, Gus Yahya juga bertemu dengan tokoh Evangelis terkemuka, Johnie Moore, serta sejumlah tokoh media, politik, investor, dan pelaku industri.
Dalam pertemuan tersebut, Gus Yahya memaparkan pentingnya menjaga prinsip-prinsip dasar yang tercantum dalam Piagam PBB dan memperkenalkan konsep fikih peradaban sebagai upaya untuk mencegah konflik internasional yang dapat menyulut perang besar di masa depan.
Kunjungan Gus Yahya ke AS ini menegaskan upaya NU dalam memperkuat perannya di kancah internasional, sekaligus mendorong terciptanya perdamaian dan keadilan global.